Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Kiana Arunika Putri

15 Maret 2021, hari di mana akhirnya bunda ketemu sama gadis mungil yang selama 9 bulan ada di dalam perutnya bunda.  Kiana Arunika Putri Setelah 2 kali melahirkan anak laki-laki, sejak tahu hamil yang ketiga ini memang sudah mengharapkan bahwa kali ini bayi di perut akan berjenis kelamin perempuan. Ga cuma aku yang berharap, tapi juga ayahnya, eyang-eyangnya, juga mas-masnya. Makanya ketika di usia kandungan 5 bulan kelihatan jenis kelaminnya (InsyaAllah) perempuan, semua senang sekali. Dan sepanjang kontrol kandungan pun dokter selalu mengatakan bahwa jenis kelamin yang terlihat saat USG adalah perempuan.  Kehamilan kali ini jika dibandingkan 2 kehamilan sebelumnya bisa dibilang yang paling "ripuh". Keluhannya jauh lebih banyak dan dimulai sejak trimester kedua. Kalau di kehamilan pertama nyeri-nyeri di berbagai bagian badan dirasain pas bulan terakhir kehamilan, dan di kehamilan kedua dirasain sejak usia kandungan 8 bulanan, nah hamil yang ketiga ini badan rasa

Apa Alasan Kuliah di Planologi?

Kapan biasanya seseorang mulai mencari tahu soal jurusan kuliah dan mulai menetapkan hati mau kuliah di jurusan apa? Macam-macam sih ya kayanya, ada yang dari kecil sudah terlihat bakat dan minatnya, tapi ada juga yang bahkan sampai mau mendaftar masih bingung mau daftar ke jurusan apa. Saya termasuk yang tidak terlihat jelas arah minat dan bakatnya, dan saya sendiri pun tidak memiliki keinginan khusus untuk kuliah ke jurusan tertentu. Dan karena itu, saya manut-manut saja dengan arahan dari orangtua saya. Sebenarnya orangtua saya tidak pernah secara spesifik menyuruh saya masuk jurusan tertentu sih, tapi bisa dibilang semacam diarahkan saja. Kebetulan papa saya adalah lulusan ITB sementara mama lulusan Unpad, dan sejak kecil kami anak-anaknya sudah mendapatkan gambaran bahwa ITB dan Unpad adalah 2 kampus terbaik di Bandung, bahkan Indonesia. Jadi secara tidak langsung papa dan mama seakan sangat mengharapkan anak-anaknya akan menjadi lulusan dari almamater yang sama dengan papa dan ma

Belajar Bersyukur dari Covid-19

Seperti yang sudah tertuang di postingan sebelumnya, saya mengawali tahun 2021 ini dengan isolasi mandiri akibat terpapar covid-19. Untuk saya itu adalah suatu cobaan yang cukup berat. Tapi alhamdulillah saya bisa melewati minggu-minggu sulit tersebut dengan cukup baik bersama dengan suami dan anak-anak, dan semuanya berakhir baik juga karena saya suami dan anak-anak masih sehat walafiat sampai sekarang.  Di tulisan ini saya ingin sedikit membagikan pengalaman batin saya menghadapi cobaan tersebut, bagaimana saya bisa bertahan, dan hal baik apa yang bisa saya ambil dari cobaan tersebut.  Berawal ketika saya mendapat petir di siang bolong berupa hasil swab saya yang menunjukkan hasil positif. Pada detik pertama saya mendapat kabar bahwa saya positif covid-19, jujur saat itu sama sekali ga ada rasa apapun. Hati ga ngerasa apa-apa, otak ga ada pikiran gimana-gimana. Sedih? No . Takut? No . Galau? No . Saya hanya bisa ngasih respon "oh gitu. yaaaaa yaudah, gimana lagi sih kan". B

Ceritaku Sebagai Penyintas Covid-19

Ini sebenarnya tulisan yang agak late post. Butuh waktu untuk menulisnya, lagi-lagi karena kesulitan cari waktu untuk fokus menulis. Tapi walau agak terlambat, tetap mau bercerita sedikit yaa tentang pengalaman saya tentang covid-19. 2 Kali Positif Juli 2019, tanpa benar-benar direncanakan sebelumnya, saya mendapati bahwa saya ternyata positif hamil. Sebenarnya hati sudah ingin nambah anak lagi, karena Dinand sudah hampir 3 tahun juga umurnya, dan umur saya sendiri sudah masuk kepala 3. Tapi sempat berpikir bahwa sepertinya hamil dalam kondisi pandemi seperti ini bukan kehamilan yang ideal. Jadi memang belum merencanakan untuk memprogram kehamilan anak ketiga. Tapi ternyata Allah mengqodarkan saya untuk hamil anak ketiga. Tetap senang, excited, dan bahagia dengan berita ini, namun tidak bisa dipungkiri ada sedikit kecemasan akibat pandemi. Ternyata, belum genap 6 bulan sejak saya mendapati hasil testpack positif, saya mendapati bahwa saya "positif" lagi. Hanya saja "po