Di Indonesia bulan April identik dengan perempuan, karena di dalamnya ada salah satu hari yang dijadikan sebagai hari besar nasional, yaitu Hari Kartini. Dan untuk turut memperingati hari besar tersebut, komunitas Mamah Gajah Ngeblog ikut membuat challenge untuk anggotanya yaitu membuat review buku bertema perempuan inspiratif. Oleh karena itu, untuk menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog tersebut, kali ini saya akan mencoba membuat ulasan sebuah buku tentang perempuan.
Buku ini mencoba untuk membantah isu-isu terkait perempuan yang menyebutkan bahwa perempuan, khususnya perempuan Islam, memiliki derajat yang lebih rendah daripada laki-laki dan seringkali terampas hak-haknya sebagai manusia. Isu ini sudah bergaung sejak dahulu, dan sampai sekarang masih sering menjadi topik panas. Memang pada jaman dahulu banyak kejadian di mana perempuan dianggap tidak berharga, sebut saja cerita pada jaman jahiliyah sebelum kedatangan Rasulullah ketika orang-orang jahiliyah tersebut sampai tega membunuh bayi perempuan yang baru lahir karena dianggap memalukan dan tidak ada gunanya. Di era modern pun masih ada saja kasus perempuan yang direndahkan hingga dilecehkan karena dianggap tidak berharga.
Awalnya saya cukup kebingungan saat memilih buku yang akan saya review. Saya melihat rak buku, sebenarnya ada beberapa buku yang bisa masuk ke tema tantangan, tapi entah kenapa, kok rasanya hati kurang tergerak untuk mengambil buku-buku tersebut untuk dibaca (atau dibaca ulang). Kemudian saya buka list di notes HP yang isinya daftar buku yang ingin saya baca tapi bukunya belum saya dapatkan, dan saya melihat ada judul buku "Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan", buku yang pernah direkomendasikan teman saya tapi belum sempat saya cari dan baca. Akhirnya saya memutuskan memilih buku ini untuk saya review di challenge bulan ini. Semoga bukunya masuk kategori yang dimaksud dari challenge MGN ini ya, karena isinya kan jelas membahas tentang perempuan.
Beberapa bulan terakhir saya sudah cukup jarang membeli buku fisik untuk saya sendiri (kecuali kalau sedang ada diskon besar, hehe). Buku fisik yang rutin saya beli hanya buku untuk anak-anak supaya mereka mengenal buku lalu akhirnya suka dan rajin membaca. Sementara untuk bundanya, harus cari cara hemat dong yaa. Jadi saya lebih sering meminjam e-book, seringnya di iPusnas. Dan kebetulan buku "Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan" ini saya temukan tersedia di aplikasi iPusnas sehingga saya langsung meminjamnya. Berikut akan saya coba review tentang buku ini.
Identitas Buku
Judul: Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan
Pengarang: Hamka
Penertib: Gema Insani
Bulan/Tahun Terbit: Februari 2020
Jumlah Halaman: 144
Sekilas Tentang Penulis
Buya Hamka, yang memiliki nama asli Abdul Malik Karim Amrullah, dikenal sebagai salah seorang ulama terkemuka di Indonesia. Bahkan saat Majelis Ulama Indonesia dibentuk, beliau terpilih dan kemudian menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pertama. Selain sebagai ulama, Buya Hamka juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Tidak hanya menghasilkan artikel di majalah, beliau juga banyak menerbitkan bukunya sendiri. Beberapa karyanya yang terkenal bahkan sampai dibuatkan film adalah "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck", juga "Di Bawah Lindungan Ka'bah".
Tentang Buku "Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan"
Buku ini pada awalnya merupakan kumpulan tulisan bersambung dari Buya Hamka di majalah "Panji Masyarakat" pada tahun 1990-an, namun kemudian dibukukan pada tahun 1996 karena banyaknya permintaan dari pembaca dengan judul buku "Kedudukan Perempuan dalam Islam". Pada tahun 2014 buku ini dicetak kembali oleh penerbit yang baru dengan mengubah judulnya menjadi " Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan", dan pada 2020 kembali diterbitkan dengan cover yang berbeda.
Buku ini terdiri dari 14 bagian:
1. Perempuan Juga Dimuliakan
2. Penghargaan Yang Sama
3. Pembagian Tugas
4. Dia Mendapat Harga Diri
5. Rasulullah SAW dan Putrinya
6. Kemuliaan Ibu
7. Hormatilah dan Sayangilah Mereka
8. Kisah Adam dan Hawa
9. Lebih Mulia Daripada Bidadari
10.Jaminan Hak Milik
11. Pimpinlah Mereka (I)
12. Pimpinlah Mereka (II)
13. Pandangan Kaum Orientalis
14. Hak-hak Istimewa Perempuan
Meskipun buku ini ditulis pada tahun 1990-an, tapi isinya masih relevan dengan kondisi saat ini. Hal ini karena isu tentang feminisme masih terus ada sampai sekarang, dan masih sering menjadi perdebatan. Sementara isi dari tulisan di buku ini didasarkan pada Al-Qur'an dan kisah-kisah di Al-Hadist, dan tentu saja dalil maupun kisah yang tertuang dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist tidak akan pernah lekang oleh waktu dan akan selalu berlaku sampai kapanpun.
Perempuan Dimuliakan dalam Islam
Islam sendiri sering sekali "dituduh" sebagai agama yang mendiskriminasi perempuan. Banyak orang yang menganggap bahwa hukum dan aturan dalam Islam banyak yang merugikan kaum perempuan. Padahal jika dilihat dengan seksama, berbagai aturan dalam Islam sama sekali tidak merugikan perempuan. Misalnya saja pada jaman Rasulullah SAW, laki-laki bisa berperang dan mendapat kesempatan untuk mati syahid, sementara perempuan hanya menunggu suaminya di rumah. Bagi orang yang ilmu dan pemikirannya dangkal, itu bisa dianggap sebagai diskriminasi karena yang terlihat adalah perempuan tidak mendapat hak untuk mati syahid. Padahal Allah SWT menjamin pahala yang sama antara laki-laki yang pergi berperang dengan perempuan yang bisa menjaga diri harta dan rumahnya dengan baik. Dalam buku ini juga dipaparkan contoh-contoh lain di mana sebenarnya Islam tidak pernah mendiskriminasi perempuan. Hak-hak perempuan dijamin, dan sama seperti laki-laki, perempuan juga memiliki kewajiban yang harus dikerjakan. Dan perempuan seharusnya bangga karena diberi kewajiban juga sama seperti laki-laki, walaupun beberapa bentuk kewajibannya berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Sering kita dengar bahwa perempuan sering mendapat perlakuan yang merendahkan. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Islam sesungguhnya memerintahkan umatnya untuk memuliakan perempuan. Dalam buku ini disebutkan banyak kisah dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist di mana Rasulullah SAW memperlakukan perempuan dengan hormat. Sudah sangat sering kita dengar hadist yang menjelaskan bahwa ibu 3 kali wajib lebih didahulukan sebelum ayah. Selain hadist tersebut juga banyak hadist lain yang memerintahkan umat Islam untuk menghormati dan menyayangi perempuan, baik itu ibunya, ibu susunya, anak perempuan, saudara perempuan, hingga budak perempuan. Bahkan ada sebuah cerita yang disebutkan dalam buku ini, ketika Rasulullah SAW menggendong putrinya di depan kaum musyrikin yang masih terbawa pandangan kaum jahiliyah bahwa memiliki anak perempuan adalah suatu hal yang memalukan. Namun Nabi justru mencium anaknya dengan sayang sambil berkata, "Sekuntum bunga harum semerbak, kita cium, dan rezekinya sudah dijamin oleh Allah". Betapa Rasulullah memberikan contoh nyata tentang memuliakan perempuan sejak masih kanak-kanak.
Peranan Istri dalam Rumah Tangga
Banyak pandangan bahwa setelah menikah perempuan tidak lagi terjamin haknya dan sepenuhnya menjadi milik suaminya. Padahal sebenarnya Islam tidak mengajarkan demikian. Dijelaskan dalam buku ini bahwa perempuan tetap memiliki hak atas diri dan hartanya. Buktinya perempuan juga memiliki kewajiban berzakat, yang artinya perempuan memiliki hak untuk memiliki dan mengatur hartanya sendiri.
Dalam banyak kisah di Al-Hadist tertuang betapa besarnya peranan istri-istrinya dalam pengambilan sikap Rasulullah SAW. Dalam buku ini dipaparkan kisah tentang peranan Khadijah saat Rasul pertama kali kedatangan wahyu, juga peranan Ummu Salamah saat perjanian Hudaibiyah. Meskipun "tidak terlihat", tapi perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan suaminya. Ada pepatah yang menyebutkan bahwa perempuan adalah tiangnya negara. Sering tidak diperhatikan, tapi sebenarnya tianglah yang membuat sebuah bangunan kokoh. Tanpa tiang yang kuat, sebuah bangunan tidak akan bisa berdiri dengan tegak.
Tapi dalam buku ini juga diingatkan bahwa pada hakikatnya perempuan dipimpin sementara laki-laki memimpin. Meskipun perempuan memiliki hak atas diri dan hartanya, tidak serta merta membuat posisi perempuan menjadi lebih tinggi, karena pada hakikatnya istri tetap harus taat kepada suaminya. Sementara suami sebagai pemimpin tidak hanya memerintah istrinya dan minta dilayani, tapi suami juga bertugas sebagai pelindung (qawwamuna).
"Perempuan yang sholihah adalah yang taat, tahu diri, tahu batas, dan mampu menjaga rahasia suami dan rumah tangganya"
"Qawwamuna (pelindung) artinya memimpin supaya tegak, membimbing supaya jalan, menahan supaya tidak jatuh, menarik saat jatuh, tegak ke muka saat ada bahaya, mengajar saat kurang ilmu, dan membujuk saat sedih."
Penutup
Buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga tidak terasa "berat" saat membacanya. Meskipun begitu buku ini mengambil Al-Qur'an dan Al-Hadist sebagai sumber utamanya, sehingga tentu tidak diragukan lagi kebenarannya. Perempuan yang membaca buku ini tentu akan merasakan betapa sebenarnya Islam sungguh memuliakan perempuan dan tidak pernah mendiskriminasi perempuan. Sementara jika laki-laki membaca buku ini, ia akan tahu bahwa perempuan kedudukannya juga mulia, sehingga dalam memperlakukannya harus dengan hormat dan sayang. Meskipun demikian dalam buku ini masih diingatkan bahwa perempuan, khususnya istri, tetap memiliki kewajiban taat kepada suaminya sehingga tidak menjadi tinggi hati setelah memahami betapa Islam memuliakannya.
Baru ngeh Buya Hamka yang menulis Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Keren ya, buku keluaran 90an tapi masih relevan hingga sekarang
BalasHapusMasya Allah, buku yang wajib dibaca baik oleh perempuan maupun laki-laki ya...
BalasHapusAku belum pernah baca tulisannya Hamka. Habis baca ini jadi tertarik untuk baca Hamka. Ternyata di iPusnas banyak juga ya bukunya beliau.
BalasHapus