Seorang tukang bangunan baru yang masih belajar, mencoba untuk membangun sebuah tembok seorang diri. Sebagai karya pertamanya, ia menginginkan tembok batu bata itu berdiri dengan sempurna. Maka dia berusaha sekuat tenaga untuk memasang setiap batu bata dengan sempurna.
Akhirnya, tukang bangunan tersebut selesai membangun tembok batu batanya yang pertama, dan kemudian berdiri mengagumi hasil karyanya. Saat itulah dia baru menyadari ada kesalahan dalam menyususn batu batanya. Ada 2 batu bata yang terpasang miring, padahal semua batu bata lainnya telah terpasang lurus. 2 batu itu telah merusak keseluruhan tembok, mereka menghancurkan keindahannya. Saat itu semen sudah terlanjur mengering sehingga batu bata tersebut tidak mungkin lagi dibongkar. Sang tukang bangunan merasa gundah dengan hasil karyanya, ia merasa telah membuat tembok yang sangat jelek.
Suatu hari ada seseorang yang melihat-lihat tembok tersebut.
āItu tembok yang sangat indah,ā kata si pengunjung.
āPak, apa penglihatan bapak terganggu? Apakah bapak tidak melihat ada 2 buah batu bata yang miring?ā tanya si tukang bangunan keheranan.
āYa, saya lihat 2 batu bata itu. Tapi saya juga melihat 998 buah batu bata yang sangat indah,ā jawab si pengunjung.
Jawaban itu membuat tukang bangunan tertegun. Dan begitu mendengar kalimat tersebut, untuk pertama kalinya dia menyadari adanya 998 buah batu bata yang terpasang dengan rapi dan indah. Ia tidak pernah menyadari bahwa jumlah batu yang terpasang rapi jauh lebih banyak daripada batu yang miring. Selama ini matanya hanya terpusat pada kesalahannya, dan terbutakan dari hal-hal lain. Dan setelah dia menyadari keberadaan 998 buah batu bata yang rapi, barulah dia menyadari bahwa tembok itu memanglah tembok yang indah.
Berapa banyakkah orang yang telah terbuatakan oleh ādua bata jelekā itu? Berapa banyakkah orang yang selalu terfokus melihat kesalahan tanpa pernah menyadari berapa banyak hal baik yang ada di sekitarnya? Banyak orang yang menilai dirinya sendiri atau menilai orang lain dengan hanya terfokus pada kesalahannya, dan bukan pada hal baik yang lebih banyak daripada kesalahan tersebut. Padahal, jika kita melihat pada kebaikan-kebaikan yang ada, semuanya tidak akan tampak terlalu buruk.
Berapa banyakkah orang yang telah terbuatakan oleh ādua bata jelekā itu? Berapa banyakkah orang yang selalu terfokus melihat kesalahan tanpa pernah menyadari berapa banyak hal baik yang ada di sekitarnya? Banyak orang yang menilai dirinya sendiri atau menilai orang lain dengan hanya terfokus pada kesalahannya, dan bukan pada hal baik yang lebih banyak daripada kesalahan tersebut. Padahal, jika kita melihat pada kebaikan-kebaikan yang ada, semuanya tidak akan tampak terlalu buruk.
Semua orang pasti memiliki ādua bata jelekā, namun jadikanlah itu sebagai āciri unikā dari masing-masing orang. āCiri unikā tersebut bisa jadi awalnya merupakan suatu kesalahan. Tapi dengan cara pandang yang benar, dengan tidak terlalu terfokus padanya, āciri unikā tersebut dapat memperkaya hidup kita semua. Dengan cara pandang yang benar, diri kita sendiri dan orang lain akan tampak tidak terlalu buruk.
(disadur dari Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya, Ajahn Brahm)
Komentar
Posting Komentar