Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Yang Penting Fun

It's been a loooooonngg time since my last post. Dunia kerja emang bener-bener luar biasa. Bahkan ga menyediakan waktu buat sekedar curcol. Hahaha.. Oke kali ini itu yang pengen aku bahas di sini. Itu, dunia kerja. Udah (hampir) setahun ini ada di dunia kerja. Dunia yang katanya sih dunia nyata. Beda sama dunianya mahasiswa yang masih "main-main". Setelah aku rasain, ya memang beda banget sih. Diliat dari waktu, suasana, dan sensasinya, semua beda. Lebih berat dunia kerjakah daripada dunia mahasiswa? Bisa iya bisa ngga sih, tergantung gimana kita ngehadapinnya aja. Yang jelas, namanya kerja, apapun jenisnya, dimanapun lokasinya, apapun namanya, pasti cape. Aku rasa ga ada tuh kerja yang ga cape. Semua pasti menguras energi, cuma ya mungkin ada yang kerjanya pake tenaga fisik, ada yang pake otak. Tapi sama, dua-duanya ga ada yang ga cape, pasti cape. Kaya kerjaan aku, keliatannya sih cuma duduk di depan laptop. Tapi cobain aja deh duduk di depan laptop dari pagi samp

UN dan Segala Kecurangannya

Ceritanya tulisan ini dibuat dalam rangka hardiknas. Tapi terlambat sih yaa,, hardiknasnya kan 2 Mei! Ga masalah, yang penting isinya. Kemarin, aku menyesal banget karena ga nonton Mata Najwa di Metro TV, padahal ternyata topiknya menarik banget, tentang UN. Aku tahu soal topik UN di Mata Najwa ini dari timeline twitter, di mana salah satu teman aku me-retweet salahsatu tweet dari @matanajwa, yang menurut aku menarik sekali: “Satu paket IPA 6jt, satu paket IPS 6jt. Dibagi 20org jadi 300rb. Dari 20org dibagi lg k bawah,jd 50-100rb satu org” -Mr.X, mantan pserta UN Sayangnya, itu tweet baru aku baca saat si acara Mata Najwa di Metro TV udah selesai. Yak, penyesalan memang selalu datang terlambat kan. Akhirnya aku cuma bisa baca tweet dari @matanajwa yang banyak banget itu, yang mengungkap "rahasia" dari pelaksanaan UN, yang rasanya hampir semua peserta UN tahu soal itu. Aku jadi teringat sama pengalaman aku soal UN dan kelulusan, ya waktu SMP maupun SMA. Sejak du

Antara Middlemount dan Bandung (part 2)

Pas check-in, awalnya aku dilayani sama mba-mba di counter check-in. Tiba-tiba ada seorang mas-mas yang datang, ngobrol pelan sama si mba-mba, dan aku diminta ngikutin dia ke mejanya, sambil dia bawa paspor dan kertas pesanan tiket aku. Aku langsung curiga ada yang ga beres, karena biasanya check-in sebentar aja dan langsung dapat boarding pass. Nah, pas aku ngikutin mas itu ke mejanya, barulah dia jelasin masalahnya yang bikin aku cukup shock dan jelas bete. Mas itu bilang, seat untuk flight Singapore-Bandung ini penuh. Whoootttt?? Bentar,, bentar.. Ini aku udah punya tiket loh. Gimana ceritanya orang yang udah punya tiket bisa keabisan seat? Aku bengong sesaat karna bingung dengan apa yang terjadi. Untung saat itu masih ada suaminya teman aku yang ikut angkat bicara pas denger ada masalah begitu, jadi bisa menutupi kekosongan pas aku bengong sesaat itu. Hehe.. Setelah aku tersadar dari shock, aku tanya-tanya lah si mas itu apa yang sebenarnya terjadi dan gimana deng

Antara Middlemount dan Bandung (part 1)

Aku kira perjalanan pulang Middlemount-Bandung bakalan lancar aman sentosa, ternyata ada "cerita" dari perjalanan itu. Perjalanan Middlemount sampe Brisbane mah aman sentosa, lancar jaya. Perjalanan darat Middlemount-Emerald dan perjalanan udara Emerald-Brisbane aman dan lancar. Perjalanan berburu oleh-oleh selama di Brisbane juga lancar-lancar saja. Cerita pertama dari perjalanan itu adalah di pesawat Brisbane-Singapore. Kan ceritanya tiket aku dan segala macam urusan pergi dan pulang aku Indonesia-Australia diurusnya sama Mas Drajat (kakak ipar -red ) jadi aku cuma tahu untuk datang ke bandara, check-in, dan lalu duduk manis di pesawat. Kebetulan Brisbane-Singpore itu perjalanan malam. Nah, pas waktunya makan -tengah- malam, ada seorang pramugari yang nawarin aku mau pilih makanan yang mana, di menunya ada pilihan sesuatu dengan ayam dan sesuatu dengan daging sapi (aku lupa sesuatunya itu ayam dan daging diapain). Aku pilih ayam. Sebelum ngambil makanan di trolinya, p

Batik Identitas Indonesia

Ada di negara orang dan dikenal sebagai orang Indonesia karena pakai batik itu rasanya bangga loh. Waktu itu aku lagi ada di salah satu pusat perbelanjaan yang bernama Woolworths di Rockhampton, Queensland, Australia. Aku lagi dorong troli yang di dalamnya ada baby Kayra lagi ngelamun. Sambil liat-liat aku sempet beberapa kali papasan sama seorang perempuan berwajah Asia. Setelah beberapa kali papasan, akhirnya perempuan itu nyapa. "Assalamualaikum," katanya, sambil ngulurin tangan. Disapa 'assalamualaikum' aja udah seneng, karna selama di Australia ga banyak denger sapaan itu sehari-hari. Terus kita ngobrol sedikit, pake bahasa Indonesia (atau melayu). Dari aksennya, jelas dia bukan orang Indonesia, karena aksennya sangat melayu. Kemungkinannya adalah dia orang Malaysia atau Singapura. Lalu tanpa sedikitpun dia nanya soal asal negara aku dari mana, dia nanya: "di Indonesia tinggalnya di kota apa?" Aku jawab sambil mikir kok dia tau aku orang Indonesia pad

Safety First

Sejak pertama kali masuk kota Brisbane, yang paling jadi perhatian aku adalah transportasinya. Yah, soalnya itu sih yang paling keliatan sepanjang aku jalan dari bandara ke hotel. Di Australia ini sama sekali ga ada yang namanya macet. Kalau di Indonesia, sebelum status “macet” sebelumnya ada status “padat merayap”, “ramai lancar”, dan “lancar”. Kalau di sini, ga ada tuh yang   namanya ramai lancar, apalagi padat merayap. Semuanya lancaaarr.. Kenapa? Beda sama orang Indonesia yang lebih suka pakai kendaraan pribadi, di sini moda transportasi umum lebih jadi pilihan. Atau bahkan, orang Australia lebih senang jalan kaki. Selama di Brisbane aku tinggal di tengah kota, yang aktivitasnya ramai. Pertokoan, hotel, cafĂ©, resto, dan sebagainya. Dan di sana, aku lihat jelas bahwa banyak orang Australia memilih jalan kaki atau naik bus. Area pertokoannya (Queen Street) bahkan didesain khusus untuk pejalan kaki, sama sekali tanpa kendaraan bermotor. Mungkin Queen Street ini kalau di Bandung mir

When the Sun Rising

Aku selalu suka alam. Aku selalu suka langit, siang maupun malam. Siang dengan awan-awan putihnya, ataupun malam dengan taburan bintang-bintangnya. Salah satu fenomena yang sangat indah di langit itu adalah sunrise, atau matahari terbit. Aku jarang lihat matahari terbit. Bukan karena aku ga pernah bangun subuh, tapi karena aku ga berada di lokasi yang pas untuk bisa melihat terbitnya matahari. Jendela kamar aku menghadap ke barat, yang berarti ga bisa lihat fenomena kemunculan matahari itu. Aku cuma pernah liat sunrise beberapa kali, kalau lagi ada di pantai, atau kalau subuh-subuh lagi dalam perjalanan. Dan tadi pagi, aku melihat fenomena kemunculan sang matahari yang menurut aku sangat indah. Kebetulan aku sepanjang 2 bulan ini tinggal di sebuah kamar yang jendelanya menghadap timur. Tadi pagi, sehabis sholat subuh, aku masih di tempat tidur dan ga sengaja melihat ke luar jendela. Dan yang aku lihat luar biasa indah. Langit yang masih biru gelap mulai disinari matahari yang berwarn

Long Journey to Graduate (part 8 - Graduation Day 2, end of the journey)

Yak, part terakhir ini tertunda amat sangat lama ternyata. Sampe udah ampir 3 bulan berlalu! Sepertinya "rasa"nya sudah  berkurang nih yaa.. Yah, semoga masih bisa dijabarkan dalam kata-kata. ^^ Sampe rumah pulang dari wisnite, aku ga langsung bisa tidur. Aku malah keasikan nyiapin segala buat paginya. Aku pastikan semua siap sedia buat salah satu hari terpenting di hidup aku. Karena paginya aku mungkin harus berangkat nyubuh, jadi aku siapin semuanya dari malam biar pas paginya ga perlu ribet ada yang ketinggalan dan ujung-ujungnya bisa telat. Akhirnya aku baru tidur sekitar jam 2. Bangun jam setengah 5, dan langsung mandi siap-siap ke salon. Berhubung agak ga pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dandan di salon itu, aku udah siapin semua barang yang harus dibawa ke sabuga hari ini. Jam 5 lebih aku dianter ke salon sama papa. Ternyata, butuh waktu lumayan lama untuk dandan itu. Acara kan emang mulai jam 8 teng, tapi disuruhnya harus udah ada di sabuga satu