Langsung ke konten utama

UN dan Segala Kecurangannya

Ceritanya tulisan ini dibuat dalam rangka hardiknas. Tapi terlambat sih yaa,, hardiknasnya kan 2 Mei! Ga masalah, yang penting isinya.

Kemarin, aku menyesal banget karena ga nonton Mata Najwa di Metro TV, padahal ternyata topiknya menarik banget, tentang UN. Aku tahu soal topik UN di Mata Najwa ini dari timeline twitter, di mana salah satu teman aku me-retweet salahsatu tweet dari @matanajwa, yang menurut aku menarik sekali:
“Satu paket IPA 6jt, satu paket IPS 6jt. Dibagi 20org jadi 300rb. Dari 20org dibagi lg k bawah,jd 50-100rb satu org” -Mr.X, mantan pserta UN
Sayangnya, itu tweet baru aku baca saat si acara Mata Najwa di Metro TV udah selesai. Yak, penyesalan memang selalu datang terlambat kan. Akhirnya aku cuma bisa baca tweet dari @matanajwa yang banyak banget itu, yang mengungkap "rahasia" dari pelaksanaan UN, yang rasanya hampir semua peserta UN tahu soal itu.


Aku jadi teringat sama pengalaman aku soal UN dan kelulusan, ya waktu SMP maupun SMA. Sejak dulu sebenarnya penentuan kelulusan dengan sistem UN sudah dibayang-bayangi kecurangan, dari mana-mana. Dan sampai sekarang, semua orang tahu kalau UN ga mungkin ga ada kecurangan.


Ada beberapa tweet dari @matanajwa yang mengingatkan aku sama kejadian-kejadian saat aku UN dulu. Waktu aku UN SMA, lagi jamannya penyebaran kunci jawaban lewat sms. Waktu itu, materi UN masih 3 mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Jadi UN dilaksanakan 3 hari dan dalam satu hari hanya diujikan 1 mata pelajaran. Setiap pagi, ada sms yang masuk ke hp aku yang berisikan susunan huruf-huruf A, B, C, D, dan E berjumlah 40-50. Asli, aku ga pernah beli ataupun minta kunci jawaban itu, tapi sms itu tetap masuk ke hp aku. Aku ga pernah pake kunci itu pada saat ujian, selain karena aku ga percaya sama kunci-kunci itu, juga karena posisi ujian aku yang ga pas untuk berbuat curang :p Tapi, setiap selesai ujian aku mencocokkan jawaban aku sama kunci jawaban itu, dan untuk pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, kunci jawaban itu salah total. Sedangkan untuk pelajaran Matematika, kunci jawabannya benar, tapi dari total soal, ada beberapa yang ga dijawab, dan itu memang soal-soal yang agak susah. Mungkin yang bikin kunci jawaban itu juga ga bisa ngerjain soal-soal itu.


Aku juga pernah tahu bahwa ada bimbingan belajar resmi yang memang memberikan kunci jawaban untuk siswa-siswanya. Ini bukti nyata bahwa penyebaran kunci jawaban bisa meluas sampai penjuru Indonesia sekalipun, bahkan tanpa diminta. Lalu, ternyata ga semua kunci jawaban yang tersebar itu ga benar, buktinya waktu matematika itu kunci jawabannya benar. Dan aku mendengar seseorang mengakui "kalau ga ada kunci jawaban matematika itu, kayanya saya bakalan ga lulus."  Artinya, suka ataupun ga, ada aja kunci jawaban yang menyebar dan berhasil meluluskan orang-orang yang mungkin seharusnya ga lulus.

Terus, di ujian smp yang baru aja dilaksanakan beberapa minggu lalu, aku juga tahu pasti ada penjualan kunci jawaban. Aku tahu di salahsatu smp negeri ada siswa-siswanya yang patungan masing-masing 35.000 untuk beli kunci jawaban. Sistemnya berarti kaya yang ditweet sama @matanajwa itu kan, dari atasnya berharga jutaan, tapi terus dibagi-bagi untuk banyak siswa sampai tiap siswa hanya perlu bayar 35.000. Ga cukup mahal kan? Tapi ternyata dari 4 mata pelajaran, ga semua kunci jawabannya betul. Ada yang betul, tapi ada juga yang salah. Mungkin karena soalnya ada banyak paket kali ya, jadi ketukar atau gimana kali ya.. Tapi ya itu, lagi-lagi ini jadi bukti nyata bahwa penjualan dan penyebarluasan kunci jawaban UN sangat mudah terjadi, dan ga terhindarkan lagi.



Itu masalah penyebaran kunci jawaban.
Soal lain adalah pengawas. Salah satu tweet dari @matanajwa: 
“Kecurangan sistemik:sdh biasa klo skolah pesan jgn ketat2 jaganya. Panitia yg seharusnya tdk boleh masuk,ada d dlm” –Retno, Sekjen FSGI
Kalau pengalaman aku pribadi, pengawas memang mengawas sebagaimana mestinya, bukan hanya formalitas. Tapi aku tahu pasti ada pengawas yang mengawasi sekedarnya, alias memberi kebebasan buat para siswa yang mau diskusi, bertukar jawaban, atau trik-trik lainnya. Di berita, pada saat UN SMA yang kemarin ini, ada kamera yang menangkap gambar 2 orang siswa yang dengan santainya berdiskusi, dengan posisi tepat di depan meja pengawas, dan pengawas yang ada di meja itu diam ga berbuat apa-apa. Ya ini bukti nyata kecurangan sistemik seperti yang disebut di tweet @matanajwa itu. Mungkin sudah ada transaksi sebelumnya antara pihak sekolah dan pengawas? Entahlah.
“Di Muna ditemukan kasus amplop tdk dilem dan lembar jwban bisa dirubah sesudah UN. Tdk lsg diantar,diperbaiki dulu” –Retno, Sekjen FSGI
Dulu saat aku UN, pengawas di awal ujian selalu menunjukkan amplop soal yang masih tersegel. Tapi pertanyaan aku adalah: apa susahnya sih mengelem ulang amplop itu? Kalau memang ada kecurangan di tempat-tempat lain, amplop dibuka dan soalnya diambil untuk di-scan dan dikerjakan oleh oknum, sama sekali ga susah kan untuk mengelem kembali amplop yang sudah dibuka? Jadi lagi-lagi aku bilang bahwa memang banyak sekali celah untuk bisa melakukan praktek kecurangan dalam bentuk apapun.

Persoalan lain, pengkatrolan nilai. Dulu jamannya aku UN SMA, ada gosip yang beredar bahwa nilai UN yang sampai ke tangan siswa adalah nilai hasil pengkatrolan. Aku sendiri ga begitu mengerti bagaimana sistemnya sampai bisa ada pengkatrolan nilai begitu, tapi memang begitulah gosip yang beredar. Iya memang gosip, tapi bukan ga mungkin itu benar-benar terjadi. Soalnya, nilai siswa-siswi di sekolah aku memang cukup tinggi-tinggi, khususnya pelajaran Matematika. Ga terlalu sedikit siswa yang dapat nilai penuh 100, dan yang nilainya berkisar 90an juga sangat banyak. Tapi ya ini sih mungkin karena siswa di alamamater aku itu memang tingkat kepintarannya tinggi. *somboooong.. Hahahaa.. Tapi bukan ga mungkin loh ini terjadi, karena salahsatu tweet dari @matanajwa itu bilang begini: 
“Di Muna ditemukan kasus amplop tdk dilem dan lembar jwban bisa dirubah sesudah UN. Tdk lsg diantar,diperbaiki dulu” –Retno, Sekjen FSGI
Nah, kalau lembar jawaban ga langsung diantar, diapain dong itu lembar jawaban? Diperiksa dululah sama guru-guru, dan diperbaiki untuk bisa mengkatrol nilai siswa.


Masalahnya begini, UN saat ini menjadi satu-satunya penentu kelulusan siswa. Siswa yang nilai UN-nya tidak bisa melampaui batas minimum nilai kelulusan, ya ga lulus. Walaupun siswa itu selama 3 tahun sekolah punya prestasi tinggi, kalau nilai UN-nya ga melampaui batas nilai kelulusan, ga ngaruh, yang bersangkutan tetap ga lulus. Nah, sekolah pastinya ingin memberikan kesan baik ke dunia bahwa sekolah tersebut punya kemampuan tinggi untuk mendidik siswa-siswanya sampai bisa lulus UN dengan hasil maksimal. Kalau ada siswa yang ga lulus, itu bisa menurunkan prestasi sekolah dan menimbulkan pandangan buruk bagi sekolah tersebut di mata masyarakat. Pastinya sekolah ga mau dong dapat pandangan buruk begitu. Jadi logisnya, sekolah tentu akan berusaha untuk meluluskan siswa-siswanya, dan sekolah tersebut bisa mendapat predikat "sekolah yang bisa meluluskan 100% siswa-siswanya"

Ada dua tweet lain yang aku suka dari @matanajwa:
“UN merampas otoritas Guru. Guru dan sekolah paling tau kemampuan muridnya” –Retno, Sekjen FSGI
“UN tdk mengoptimalkan potensi anak u/ berkembang.Tidak lulus UN kemudian dicap sebagai anak bodoh. Kan belum tentu” –Retno, Sekjen FSGI
Nah! Kelulusan ga melihat hasil siswa selama 3 tahun ke belakang. Hanya hasil ujian selama beberapa hari yang menentukan kelulusan siswa. Lihat beberapa tahun belakangan ini ada beberapa kasus yang aku dengar di berita. Beberapa kali aku dengar berita yang menyebutkan bahwa ada siswa kelas 3 SMP/SMA yang bunuh diri akibat takut ga lulus. Ya memang harus dibilang bahwa anak itu yang terlalu lemah mental karena ga berani menghadapi tantangan. Tapi tetap aja, ini menunjukkan bahwa sistem UN menjadi tekanan tersendiri bagi siswa, dan bagi siswa-siswa yang lemah mental itu, mereka bisa depresi dan ujung-ujungnya bisa berbuat bodoh. Padahal seperti yang disebut di tweet di atas, ga lulus UN bakal dicap bodoh, padahal belum tentu. Bisa ada banyak faktor yang bisa menyebabkan nilai seseorang pada saat ujian kurang baik, kesehatan misalnya.


Dan sekarang dinas pendidikan mau menjadikan UN sebagai sistem masuk perguruan tinggi? Ya ampuuunn,, orang-orang di dinas pendidikan terlalu menutup mata dari kasus nyata yang terjadi di lapangan tentang UN! Apa jadinya perguruan tinggi kalau yang berhasil masuk universitas berkualitas adalah orang-orang yang tidak berkualitas dan hanya mengandalkan kunci jawaban? Sistem UMPTN atau SPMB atau SNMPTN sekarang ini sudah baik. Sejauh-jauhnya kecurangan yang terjadi adalah penjokian, dan itu cukup mudah untuk diidentifikasi dan diproses. Beda halnya sama sistem UN yang kecurangannya udah mendarah daging di semua pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan UN. Semoga sistem masuk perguruan tinggi ga benar-benar diubah menjadi sistem UN, apalagi kalau sistem UN ini tidak bisa diperbaiki dan praktek kecurangan masih terus terjadi dengan jenis yang sangat beraneka ragam. 

Masalah ini memang ga terlepas dari mental kebanyakan orang Indonesia yang semakin lemah. Makin banyak kecurangan yang  dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tapi lemahnya mental dari kebanyakan orang Indonesia yang menyebabkan banyak terjadi kecurangan ini juga ada karena memang tersedia celah dari sistem yang ada. Kalau kata bang napi mah, kejahatan ada bukan hanya karena ada keinginan, tapi karena ada kesempatan (eh bener ga sih? :p) Ya intinya mah sistem yang ada sekarang ini masih membutuhkan sangat banyak perbaikan untuk menutup celah-celah yang bisa dimasuki oleh kecurangan-kecurangan, jadi akhirnya ga ada lagi kemungkinan untuk curang.

Pendidikan jadi penentu masa depan bangsa. Kalau sistem pendidikan sudah tidak mendidik lagi, apa jadinya masa depan bangsa? Mari berdoa untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah