Langsung ke konten utama

Long Journey to Graduate (part 2)

Terakhir sampe mana ceritanya? Sampe ngurus rumah tangga yah? *eh? :D
Mari dilanjutkan..

Nah, gara-gara disuruh ganti topik (lagi) itu, kan aku jadinya males luar biasa. Progres perkembangan tugas akhir aku jadinya amat sangat lambat, malah nyaris ga maju-maju. Di titik ini, akhirnya sang papa turun tangan. Kayanya sih papa pusing liat anaknya ga menghasilkan apa-apa dan cuma diem aja ngejogrok di rumah! Hahaa.. FYI, papa kan satu almamater tuh sama aku, jadi kenal sama beberapa dosen aku yang adalah senior ato junior papa. Lalu, papa menghubungilah salahsatu dosen kenalannya, yaitu Pak DZ. Niatnya ngehubungin ya buat minta pendapat, minta bantuan, masukan, ato apapun lah yang bisa membantu aku bergerak! Lalu pergilah kami berdua ke kampus untuk bertemu sama Pak DZ ini. 

Aku pernah diajar sama Pak DZ ini, dan emang Pak DZ ini mah baik sekali. Hanya saja,, Pak DZ ini kan dosen di KK-PPK (baca: Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota), sedangkan aku milih topik yang bukan tentang kota, aku mah milihnya topik yang terkait sama KK-SIWK (baca: Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota). Tapi ya tujuan dari pertemuan itu kan ngobrol-ngobrol dan membuka pikiran aku sih, jadi ga masalah.

Sampe di gedung PWK, naeklah aku dan papa ke lante 5, dan masuk ke lab Kota nyari Pa DZ. Lalu berbincang-bincanglah kita bertiga. Emm,, salah denk. Yang berbincang-bincang mah papa sama Pak DZ. Aku mah jadi pendengar sajah. Sekalian pemikir deng, kan obrolan papa sama Pak DZ itu aku pikirkan masak-masak, nyari ide terapdet soal TA aku yang mandeg itu. Dari obrolan selama sekitar satu jam itu, yang aku dapatkan adalah:
1. Pak Binsar mungkin lagi sibuk sama S3 nya, jadi mungkin agak susah konsen ke bimbingan mahasiswa. *damn
2. Topik soal Terminal Cicaheum bisa banyak dikembangkan, termasuk soal guna lahannya. Kalo mau topiknya soal guna lahan sekitar Terminal Cicaheum, bisa bikin time series perubahan guna lahan sekitarnya.
3. Ada rencana pembangunan Terminal di Gede Bage, kalau mau itu bisa diangkat juga dan dikaitkan dengan Terminal Cicaheum.

Ga cukup banyak emang yang didapet dari pertemuan itu. Tapi, yang paling penting sebenernya adalah, dengan papa ikut turun tangan, aku jadi sadar bahwa aku punya papa dan mama yang menunggu aku untuk menyelesaikan TA aku. Papa mama menunggu aku untuk sidang, menunggu aku untuk lulus, dan menunggu aku memberikan undangan wisuda. Dengan tersadarnya aku *baru sadar?* aku jadi mau berusaha mengumpulkan lagi semangat aku yang sempet terserak karna dihancurkan sang dosen pembimbing *halaaaaaahh*.

Jadi mulailah kembali aku mengerjakan si TA aku itu. Kembali nyari topik yang paling pas, teori, dan segala yg dibutuhkan. Akhirnya, setelah kesana kemari berkeliling dunia maya nyari teori, data, dan lain lainnya, yang aku pilih adalah mengangkat soal kebijakan Terminal Gede Bage itu, terus dikaitkan sama Terminal Cicaheum.

Mulailah aku mengerjakan TA (baca: mengetik karya tulis di word, bukan cuma keliling dunia maya). Dibuatlah proposal yang berisi bab 1 (pendahuluan) dan bab 2 (teori). Judul proposalnya waktu itu apa ya? Lupa, tp yg jelas ada kata kebijakan gitu deh. *lupa, saking banyaknya gonta ganti judul* Lalu pergilah aku ke kampus membawa proposal itu. Di sinilah bencana baru muncul lagi. *L.e.b.a.y*


Jadi begini. Dulu, Pak BN sang pembimbing itu pernah bilang, "kalo mau ketemu saya, pas sms ato telepon itu kamu udah di kampus, jangan masih di rumah". Artinya, aku harus udah di kampus dulu, baru boleh menghubungi beliau itu buat ketemu dan minta waktu. Nah, sialnya, pas aku udah bawa proposal itu, Pak BN malah mulai amat sangat susah ditemui. Mobilnya ga ada, ngetok ruangannya ga ada respon, sms ga dibales, telepon ga diangkat. Hhhh.. Menunggulah aku,, menunggu dan terus menunggu. Kali2 aja sms dibales, gitu. Menunggu, menunggu, dan menunggu. Sampe akhirnya hari itu berakhir tanpa hasil. Ga balik ke kampus lagi aja gitu si bapaknya, entah pergi ke mana. Dan sms tetep ga dibales. Bete ga? Ya iyalaaah.. Tapi masih sabar aja. Mari kita coba lagi besok, kata aku ngomong ke proposal di tangan.


Besoknya, aku coba lagi dateng ke kampus. Sampe depan gedung LFM tuh udah mulai agak bete. Knapa? BMW beliau tidak terlihat ada di parkiran gedung PWK. Apa ga ada lagi? Please jangan suruh aku nunggu lagi. Ternyata, pas naik ke lantai 4, ruang beliau sepi, gelap. Ruang dosen kumpul2 juga gelap, yang berarti ga ada orang di dalamnya. Terus,, di mana Pak BN??? *sigh* Lalu aku ngambil handphone, sms Pak BN. Tunggu,, tunggu,, tunggu. Ga dibales. Aku nongkrong aja gitu di lantai 4, ga ngapa2in. Cuma nongkrong, nungguin lift kebuka dan muncul Pak BN. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang, dan sms yang dikirim tak kunjung dibalas. Hadeuuuuhh.. Harus menunggu sampe kapan ini? Hari itu pun berlalu tanpa menghasilkan sesuatu *lagi*, Pak BN ga muncul lagi. Kemanakah beliau? Hanya Allah yang tau kayanya.

Begitu terus berkali-kali. Sampe akhirnya, entah keberapa kalinya aku ke kampus untuk menemui beliau itu, bisa juga ketemu sama beliau. Alhamdulillaaaaahh.. Duduklah aku di hadapan beliau, ngeluarin proposal yang udah jadi berapa hari yang lalu. Pas diliat sama Pak BN, mata beliau ternyata hanya diem di baris paling atas proposal: judul. Trus beliau bilang: "kebijakan?" sambil agak mengerutkan kening.
*feeling ga enak nih.


..bersambung lagi dulu deh..

Komentar

  1. aaaaaaaaaaaaa kok dikit amat siyy ..
    kan penasaran :))

    BalasHapus
  2. hahahaa.. tenang bul! insyaAllah mau dikebut sampe bener2 cerita graduationnya ko! sebelum aku lupa sensasi bahagianya! hehee..

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah