Komunikasi itu hal yang sangat penting dalam hidup, betul? Iya dong, manusia kan makhluk sosial, tanpa komunikasi gimana bisa hidup bersama-sama. Tarzan yang manusia sendirian di hutan aja harus berkomunikasi sama binatang lainnya dengan caranya sendiri toh? Nah, kalau komunikasi itu nggak berjalan dengan baik alias miskom, bisa bermacam-macam reaksi yang muncul. Bisa jadi ketawa, bisa bikin marah, bahkan bisa bikin malu. Ini ada beberapa contoh miskom yang bisa jadi mengundang tawa.
Miskom-nya Anak Kecil yang Baru Belajar Ngomong
Alkisah ada seorang anak umur 2 tahun lebih bicara ke bundanya.
"Bun, aku mau sholat ya kaya bunda. Di mana senjatanya?" Anak kecil itu bertanya
Bundanya bingung, ini anak kenapa mau sholat tapi nyarinya senjata? Apa tanpa bunda sadari di luar lagi meletus peperangan yang bikin sholat harus persiapan senjata, kaya di jaman Nabi?
"Eh? Mau sholat kok pake senjata mas?" Bunda balik nanya ke anak kecil yang dipanggil mas itu.
"Iya bun, senjata yang buat sholat yang suka dipake"
"Senjata apaan yaa?" Bunda masih nggak paham.
"Itu bun, senjata yang suka dipake ayah sama bunda kalau sholat," anak itu tetap keukeuh nyari senjata untuk sholat.
Heee?? Ayah bunda mana nih yang dia maksud? Apa dia punya ayah dan bunda yang lain ya? Soalnya kalau ayah sama bundanya yang ini kan nggak pernah nyontohin sholat pakai senjata.
"Mas maaf, bunda nggak ngerti maksud mas apa," bunda benar-benar clueless sama permintaan anaknya.
"Ih bunda, kan ayah sama bunda selalu pake senjata itu kalau sholat, yang disimpan di lantai itu loh.. "
"Astaghfirullah.. Hahahaaa..Itu mah bukan senjata atuh sayang. Itu mah namanya sajadah. SA-JA-DAH. Hahahaha.. " Tawa bunda pecah pas akhirnya berhasil tahu maksud perkataan anaknya.
"Iya bun itu tadi aku bilang. SEN-JA-TA. "
"Iya deh mas, iya, gimana mas aja, "
Miskom-nya Anak Medan di Tanah Sunda
Alkisah ada seorang anak asli Medan yang berkuliah di Bandung. Di salah satu mata kuliah, ada kegiatan studio yang mengharuskan mahasiswanya pergi mengumpulkan data-data dari sebuah daerah yang nantinya akan dibuat menjadi sebuah perencanaan wilayah. *anak plano pasti paham nih. Kebetulan waktu itu para mahasiswa ditugaskan membuat perencanaan wilayah Kabupaten Sukabumi. Maka berangkatlah mereka ke Sukabumi.
Salah satu instansi yang dikunjungi untuk mengumpulkan data adalah kecamatan. Para mahasiswa itupun lalu pergi ke kecamatan dan bertemu dengan Pak Camat. Tahu kan kalau orang daerah itu kebanyakan sehari-harinya bicara pakai bahasa daerahnya. Bahkan nggak jarang ada yang malah susah bicara pakai bahasa Indonesia. Begitu juga dengan Pak Camat, beliau berbicaranya banyak pakai bahasa Sunda. Jadi majulah salah satu mahasiswa asli Sunda sebagai pembicara utama alias jubir. Obrolan dimulai dengan basa-basi yang berujung basa basi soal keluarga.
"Bapak asli ti Sukabumi?" Tanya mahasiswa jubir.
"Muhun, abdi asli Sukabumi. Abdi tisaprak lahir tos tinggal di Sukabumi. Keluarga oge sadayana asli ti Sukabumi, tinggal oge di Sukabumi. Tapi pun bapak teh kamari nembe pupus," jawab Pak Camat.
Seketika hening setelah Pak Camat menjawab. Tapi sedetik kemudian...
"Oohh. Hahahaha.. " Si mahasiswa Medan tertawa!
Tahu kaaannn.. Ketawa basa basi gitu loh. Yang biasanya muncul kalau kita berusaha ramah dan sopan kalau bicara sama orang baru. Mahasiswa ini juga maksudnya begitu, tapi malah jadi nggak sopan karena obrolannya bukan untuk diketawain. Mahasiswa asal Medan itu langsung diinjak dan dibisiki sama teman di sebelahnya yang ngerti bahasa Sunda.
"Ssstttt.. Lo kok ketawa sih? Itu Pak Camatnya baru cerita kalau bapaknya baru aja meninggal!"
Seketika ekspresi ketawa mahasiswa Medan itu berubah jadi ekspresi duka. Mahasiswa itu nggak tahu kalau "nembe pupus" itu artinya "baru meninggal". Eh dia malah ketawa!
Akhirnya mahasiswa asal Medan itu harus rela menanggung malu seumur hidupnya karena bisa dipastikan kejadian itu bakal diingat terus sama teman-temannya dan jadi bahan ejekan seumur hidup. Sok tahu siiihhh..
-----
Tulisan ini dibuat untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli dengan tema Cerita Lucu. Semoga menghibuurr..
Ehehehe, tingkah laku anak kecil memang selalu menghibur. 'Sajadah' jadi 'senjata' wkwkwkwkwk.
BalasHapusWaduh kalau saya ada di posisi Echa, saya juga akan semalu itu, mentertawakan yang seharusnya tidak ditertawakan karena salah tangkap per-bahasa-an. Wkwkwk. Tapi mungkin Bapak Camat paham kalau para mahasiswa Cap Gajah Duduk datang dari seantero nusantara, yang tidak paham bahasa Sunda. Ehehe.
aku juga ga ngerti bahasa Sunda nembe pupus, jadi aku bisa ngerti dengan si mahasiswa asal Medan yang salah ketawa, aduh kebayang malunya dan pasti salah tingkah udah salah ketawain si bapak
BalasHapus