Beberapa bulan terakhir, tepatnya sejak kelahiran anak ketiga, saya cukup struggling soal sibling rivalry antara ketiga anak saya. Apa itu sibling rivalry? Sibling rivalry adalah bentuk persaingan antar saudara, bisa karena iri, cemburu, dan berusaha mencuri perhatian orang tuanya. Tidak bisa dipungkiri, ketika memiliki lebih dari 1 anak, waktu dan perhatian orang tua pada anaknya sudah pasti terbagi. Tidak bisa lagi memberi waktu dan perhatian penuh hanya kepada 1 anak, karena ada anak lain yang juga membutuhkan waktu dan perhatian. Itu juga yang terjadi pada saya.
Setelah melahirkan anak ketiga, kesibukan mengurus 1 anak usia preschool, 1 anak usia balita, dan 1 bayi, ditambah mengurus suami dan rumah, cukup membuat saya kerepotan. Ritme pergerakan saya di rumah harus berubah banyak dengan adanya bayi yang masih harus sering disusui, juga harus digendong jika menangis. Praktis waktu saya banyak tersedot untuk mengurus bayi mungil yang belum bisa apa-apa ini. Di awal-awal kehadiran bayi, saya tidak merasakan ada kecemburuan dari kedua kakaknya. Mereka tetap terlihat ceria saat main berdua, juga bersikap baik pada adik bayinya. Tapi ternyata jauh di dalam hatinya, mereka menyimpan kecemburuan.
Suatu hari ada insiden kecil yang membuat anak pertama saya "meledak". Insiden ini saya sebut kecil karena sebenarnya sudah biasa terjadi, tapi entah kenapa emosinya meledak. Mungkin saat itu timbunan emosinya sudah tidak terbendung dan insiden kecil langsung memicu ledakan. Padahal ketika insiden terjadi, saya merespon dengan sangat santai tanpa marah sedikitpun. Hanya saja kebetulan saat itu saya sedang sibuk menjemur baju, jadi memang tidak langsung turun tangan membantu anak saya, dan saya sudah menyampaikan juga alasan saya tidak langsung membantunya. Tapi respon anak saya malah: "bunda mah gitu, kalau Dinand mau apa-apa langsung diturutin. Tapi kalau aku nggak. Bunda cuma sayang sama adik-adik aku, nggak sayang sama aku."
Seketika saya speechless nggak tahu harus ngomong apa. Hati saya sedih sekali dengar anak saya bilang begitu. Langsung saya peluk anak pertama saya dan saya mengucapkan kata cinta sebanyak-banyaknya sambil menahan air mata. Campur aduk rasanya perasaan saya saat itu, ada rasa sedih, kecewa, marah, hingga menyesal. Kok bisa-bisanya anak pertama saya merasa dibedakan, padahal sebagai ibu saya selalu berusaha adil, baik dalam hal waktu maupun perhatian. "Tuduhan" anak saya tentang saya yang langsung menuruti mau adiknya sementara dia harus selalu menunggu sebenarnya salah. Karena baik anak pertama maupun anak kedua, ketika mereka meminta sesuatu, kalau kondisinya belum memungkinkan ya saya akan meminta mereka menunggu.
Jika anak pertama saya lebih memendam perasaannya namun sekali waktu akhirnya meledak, lain halnya dengan anak kedua saya. Dia cenderung lebih ekspresif menyampaikan kecemburuannya. Beberapa kali dia mengungkapkan kecemburuan dengan menyakiti adik bayinya, pernah digigit atau pernah juga dicubit. Walapun ketika ditanya alasannya menyakiti adiknya sering kali dijawab dengan "aku gemes sama Kia". Zzzz,, gemes kok nyakitin ya? Tapi pernah sekali waktu dia menggigit adiknya dan ketika ditanya alasannya menggigit dia menjawab: "aku pengen tiduran di kaki bunda, tapi Kiana sama bunda terus." Oh baiklah, jadi dia cemburu juga.
What Did I Do Wrong?
Setelah melalui banyak kejadian yang menunjukkan kecemburuan kakak-kakaknya terhadap bayi, saya coba merenungi di mana letak kesalahan saya dan apa yang harus saya perbaiki untuk mengembalikan kepercayaan anak saya bahwa saya menyayangi mereka dengan porsi yang sama. Ternyata sepertinya ada beberapa kesalahan yang saya lakukan kepada mereka.
1. Menganggap anak sudah bisa segalanya
Karena waktu saya tersedot untuk bayi (baik menyusui, menggendong, mengganti popok, dan lainnya), saya sering memaksa anak-anak saya untuk lebih mandiri. Ketika anak-anak saya meminta tolong sementara saya sedang sibuk dengan bayi, saya sering merespon dengan kalimat: "ayo dong, kamu kan udah besar, masa cuma begitu aja harus sama bunda? Bisa dong sendiri." Padahal bisa jadi dia memang kesulitan. Atau kalau pun sebenarnya dia bisa melakukannya sendiri, bisa jadi dia sebenarnya sedang ingin mendapat perhatian. Sayangnya, sering saya abaikan. Mungkin karena saya sering mengabaikan keinginannya karena terlalu sibuk dengan bayi, mulai timbul kecemburuan dalam hati anak-anak yang lain.
2. Kurang memberi sentuhan
Ketika saya curhat soal sibling rivalry ini di grup itbmotherhood bantim, ada yang memberi saran untuk sering-sering memeluk anak untuk membantu mengelola emosinya. Mendengar saran tersebut saya merasa tertampar, karena memang saya cukup jarang memberi pelukan pada anak pertama. Saya sering menganggap anak pertama saya sudah besar karena sudah punya 2 adik. Padahal kalau dipikir lagi, sebenarnya dia masih kecil, masih 6 tahun. Dan sebenarnya masih butuh banyak sentuhan fisik. Jika adik bayinya mendapat sentuhan fisik sangat banyak ketika digendong dan disusui, dan adiknya yang berusia 3 tahun masih sering mendatangi saya lebih dulu untuk memeluk, tidak demikian dengan anak pertama saya. Saya sering lupa untuk memeluknya. Padahal ketika sekarang saya mencoba untuk memeluknya lebih sering, ternyata dia masih sangat menikmati berlama-lama dalam pelukan bundanya.
3. Sering meminta anak mengalah
Bayi masih membutuhkan sangat banyak waktu tidur untuk tumbuh, dan karena itu sebisa mungkin saya memberikan waktu tidur berkualitas untuk bayi. Namun kakak-kakaknya sudah tidak membutuhkan tidur siang seperti bayi, sehingga di siang hari mereka bermain dan tidak jarang sangat berisik. Karena khawatir bayi terbangun, saya sering meminta kakak-kakaknya untuk mengalah dengan tidak berisik. Padahal kebebasan bermain dengan berisik sebelumnya sangat sering mereka lakukan, dan sebenarnya sudah menjadi hak mereka sebagai anak-anak. Namun demi adik bayinya, tanpa sadar hak tersebut sering saya renggut.
4. Waktu bermain berkurang karena fokus kepada bayi
Jika sebelumnya anak-anak masih mendapat waktu yang banyak untuk bermain bersama bundanya, tidak demikian ketika adik bayinya lahir. Saya sering perlu fokus mengurus bayi, sehingga waktu yang bisa saya berikan untuk anak pertama dan kedua banyak berkurang. Belum lagi masih ada urusan rumah tangga yang harus saya kerjakan seperti mencuci, memasak, membereskan pakaian, dan lainnya yang menyebabkan waktu saya untuk bermain dengan anak-anak semakin berkurang. Saya juga sering mengira mereka asyik saja main berdua, tapi ternyata sepertinya mereka ingin juga saya ikut bermain bersama mereka.
What Should I Do?
Dengan mengetahui beberapa kesalahan yang saya lakukan, berarti saya mulai bisa mengubah sikap saya dan memperbaiki kesalahan yang saya lakukan sebelumnya.
1. Memberi pengertian lebih
Tidak bisa dipungkiri memang jika punya bayi, waktu akan banyak tersedot untuk mengurus bayi. Ya jelas saja, kan bayi hanya bisa menangis dan harus ibunya yang bergerak untuk mengurusi keperluannya. Karena itu, sebagai ibu kita harus memberi pengertian lebih kepada kakaknya bahwa bayi mungil ini masih sangat membutuhkan ibu, jadi ibu harus selalu stand by jika bayi membutuhkan sesuatu. Dengan memberi penjelasan dan pengertian kepada kakaknya, diharapkan kakak akan bisa lebih menerima jika waktu ibunya masih akan banyak tersedot untuk adik bayinya. Jadi kakak tidak akan cemburu kepada adiknya deh.
2. Lebih mengikutsertakan anak-anak dalam menjaga bayi
Supaya saat mengurusi bayi tetap bisa ada bonding dengan kakaknya, kakak bisa lebih dilibatkan dalam perawatan adiknya. Minta bantuan kakak untuk mengambilkan popok, baju, minyak telon, atau kebutuhan bayi lainnya bisa membantu kakak merasa dilibatkan, dan rasa sayang kakak ke adiknya juga bisa lebih banyak. Bunda pun bisa tetap ada waktu bersama kakaknya meskipun sedang mengurus bayi. Dulu saat anak kedua saya masih bayi, saya bisa menyusui bayi sambil bermain dengan kakaknya. Tapi sekarang agak sulit untuk multi-tasking sambil menyusui, karena kakak-kakaknya seringnya minta bermain sepeda di luar, atau bermain perang-perangan, yang tentu saja sulit dilakukan sambil menyusui bayi. Hehe..
3. Memberi waktu berkualitas
Karena sedikitnya waktu yang bisa diberikan kepada anak pertama dan kedua, jadi waktu yang sedikit itu harus dimanfaatkan dengan baik dan menjadikannya waktu bersama yang berkualitas. Ini seringkali masih menjadi PR untuk saya, karena ketika sedang tidak mengurus bayi atau pekerjaan rumah, kadang saya ingin bersantai seperti rebahan sambil buka medsos. Padahal seharusnya waktu luang tersebut bisa saya maksimalkan untuk anak pertama dan kedua. Sayangnya, saya kadang masih mudah tergoda oleh godaan medsos. Hehe.. Sepertinya saya harus lebih kuat lagi nih untuk melawan godaan membuka medsos di waktu luang.
4. Memperbanyak peluk
Berdasarkan salah satu artikel yang saya baca, dalam sehari kita membutuhkan setidaknya 4 pelukan untuk bertahan hidup, 8 pelukan untuk mempertahankan diri dan 12 pelukan untuk pertumbuhan. Nah, hal yang paling saya sesali sejak anak-anak menunjukkan kecemburuan pada adiknya adalah bahwa saya jarang memeluk anak pertama saya. Padahal sebenarnya memeluk tidak membutuhkan waktu lama, hanya beberapa detik saja, namun bisa memberi dampak yang luar biasa besar. Sayang sekali saya melewatkan banyak hari tanpa memberi pelukan pada anak pertama saya. Maafin bunda ya, nak. Jadi sekarang saya berusaha memberi sebanyak mungkin pelukan untuk semua anak saya tanpa kecuali, untuk kebaikan pertumbuhan dan perkembangan emosi mereka.
PENUTUP
Sebenarnya setiap ibu pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk semua anaknya tanpa terkecuali. Namun ibu tetaplah manusia yang sering berbuat salah, jadi kadang maksud baik ibu tidak tersampaikan dengan baik kepada anak-anaknya, bahkan bisa jadi malah menyakiti. Begitu pula saya. Meskipun begitu saya akan selalu berusaha belajar menjadi ibu yang lebih baik terus setiap harinya, memberikan yang terbaik yang dibutuhkan anak-anak untuk terus bertumbuh dan berkembang dengan bahagia. Semoga kita semua selalu diberikan kemampuan oleh Allah SWT untuk bisa menjadi ibu terbaik bagi anak-anak kita ya. Aamiin..
Selamat hari ibu, bund..
Sweet reminder ya Tehš
BalasHapusIya teh, reminder utk saya, dan semoga buat yg baca bisa jd reminder juga š
HapusSelamat Hari Ibu untuk Mamah Echa. Saya terharu membaca kisah ketiga putra putri, dan saya yakin insha Allah pasti Mamah Echa mampu. Apalagi Mamah Echa sudah menganalisis hal-hal yang harus dihindari dan dijalani. Selamat menjalani motherhood bersama ketiga buah hati ya Echa. :)
BalasHapusSaya punya adik yang hanya selisih 1 tahun, dan dulu kata keluarga saya, saat masih balita, saya suka menunjukkan kecemburuan kepada adik saya tersebut, suka merebut makanan dan mainannya, owalaah ehehe. Tapi saya sudah lupa, karena waktu itu masiy balita.
Cerita lain yang saya dapatkan adalah dari Mama Mertua saya, beliau mempunya 4 anak laki-laki yang jaraknya deket-deketan, nah pernah saat beliau mandi, anak ketiga yang masiy belum genap 2 tahun membaluri wajah adiknya yang masih bayi dengan pepaya yang sudah dipenyet penyet.
Sampai pas Mama Mertua keluar dari kamar mandi kaget melihat anak keempat beliau susah nafas megap-megap. Waduh mendengarkan cerita beliau ikut deg-deg an.
Masya Allah teh. Luar biasa ya kesibukan ibu anak 3 itu. Harus balance dan harus adil. Wajar sih ya ada bayi, makanya lebih fokus ngurus yang baru lahir.
BalasHapusSemoga kakak2 si baby bakal lebih akur lagi dan gak cemburu lagi ya dan teteh menemukan balance nya
Masya Allah, semangat mama Echaaa. Sekarang sulung masih cemburuan gak tehh? Hihi makasih sharingnya, kebayang nanti kalau nambah baby harus kaya gimana. Pengeen nambah baby lagi soalnya teh, semoga Allah mudahkan aamiin :)
BalasHapusMasyaAllah Mamah Echa, semoga selalu semangat, diberi kekuatan dan kemudahan hehe.
BalasHapusTeorinya kadang kita tahu harus begini dan begitu, praktiknya itu PR besar memang ya, apalagi dengan anak 3 orang. Ayo semangat terus mamah Echa!
BalasHapusYang PR beratnya, kadang sibling rivalry itu kebawa2 sampai anak-anak dewasa ya teh... ortu harus belajar jangan membanding-bandingkan. Itu juga penting. karena kadang maunya kita membandingkan anak jadi terpacu, eh malah jadi terpicu (emosi) dan berakhir runyam hehe
BalasHapusmengasuh 1 anak usia preschool, 1 anak usia balita, dan 1 bayi, luar biasa teh ...
BalasHapussemoga sehat dan happy ya teh ...
bila treatmentnya tepat, insyaallah ke depan mereka akan saling menyayangi sebagai saudara aamiin ...
salam semangat
Wah aku juga sedang ngalami masa - masa ini. Bocah beranteeemm saja kerjanya. Semangat Teh.
BalasHapusKirain kalau lebih dari 2, kita bisa sama yang terkecil dan dua kakaknya akan anteng main bersama. Ternyata enggak ya.hahahaha
BalasHapusTerima kasih sharingnya ya teh, anak pertama saya juga sering iseng ke adeknya. Agak berkurang memang ketika saya coba kasih waktu khusus untuk kuyel2 adeknya
Halo Teh, salam kenal. Tulisannya bagus banget Teh, isinya pengalaman dan sharing Teteh tapi saya yang baca bisa jadiin panduan (ketika nanti masanya datang). Semangat Teh Ibu dari 3 anak :")
BalasHapusMasyaAllah aku kagum banget baca tulisan Teteh, kebayang pasti shattered bgt denger omongan anak pertama Teteh huhu. Semangat ya Teeeh. Makasih juga udah sharing, bermanfaat banget buat ibu2 lain
BalasHapusYa Allah... Saya jadi pengen nangis. Ingat dulu bagaimana anak sulungku cemburu. Terlebih lagi dia tidak suka bicara. Jadi diam saja memendam cemburunya. Tahu-tahu ngamuk gak jelas. Hingga suatu hari, dia step dan harus dirawat di RS selama 3 hari. Dan itu membuat saya gak bisa mengurusi adiknya yang baru lahir.
BalasHapusAdiknya pun jadi minum sufor selama saya menunggui si sulung di RS.
Semoga anak-anak sehat selalu ya.