Sejak tahun 2019 akhir dunia mulai diserang oleh penyakit baru yang dinamakan covid-19. Berawal dari Wuhan, sebuah kota di Tiongkok, lalu tanpa membutuhkan waktu lama penyakit yang diakibatkan virus ini kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi pandemi. Di Indonesia sendiri covid-19 ini mulai muncul sekitar Maret 2020. Penyakit covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang masih "berkerabat" dengan virus SARS yang mewabah pada tahun 2003 lalu.
Sesuai namanya yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome, virus ini jika menyerang tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa gangguan ringan seperti batuk ringan, hingga gangguan parah sampai sesak napas yang berakibat kematian. Sejak muncul di akhir 2019 hingga April 2022 sekarang, tercatat ada lebih dari 6 juta orang yang meninggal akibat infeksi covid-19. Jadi virus ini memang bukan virus sembarangan yang bisa dianggap lalu, karena infeksinya yang membahayakan.
Virus sendiri sebenarnya hanya bisa dikalahkan oleh imun tubuh. Sejauh ini tidak ada obat yang bisa mematikan virus di dalam tubuh, hanya imun dari tubuh sendiri yang dapat mematikan virus tersebut. Obat antivirus yang ada selama ini pun bukan untuk mematikan virus, melainkan menghambat pertumbuhan virus sehingga ketika jumlah virus menurun akan lebih mudah bagi imun tubuh untuk melawan dan menghentikan infeksi virus. Salah satu cara yang dikembangkan oleh peneliti di seluruh dunia untuk membantu imun tubuh melawan virus adalah imunisasi. Dan saat ini, untuk melawan penyebaran covid-19, seluruh dunia sedang menggalakan imunisasi sebanyak-banyaknya untuk bisa meminimalisir penyebaran dan dampak dari infeksi covid-19.
Cara Kerja Imunisasi
Imunisasi pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan imun tubuh untuk melawan virus atau kuman yang masuk ke dalam tubuh. Caranya adalah dengan cara memasukkan bagian dari virus ke dalam tubuh melalui suntikan. Dengan disuntikkan bagian dari virus ke dalam tubuh, diharapkan tubuh akan berkenalan dengan virus tersebut dan membentuk pasukan antibodi yang cocok dengan virus tersebut. Jika suatu saat virus aslinya menyerang tubuh, tubuh yang belum pernah "berkenalan" dengan virus tersebut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk pasukan antibodi. Dan dalam masa pembentukan antibodi tersebut, virus bisa terlanjur menyerang sel-sel tubuh dan menyebabkan sakit. Sementara tubuh yang sebelumnya sudah "berkenalan" dengan virus melalui suntikan imunisasi tidak akan membutuhkan waktu lama untuk membentuk antibodi sehingga tubuh sudah bisa melawan virus tersebut sebelum virus menyerang.
Seperti terlihat pada gambar di atas, setiap jenis virus memiliki keunikan masing-masing sehingga untuk tiap virus dibutuhkan antibodi yang sesuai dengan jenis virus tersebut. Jika tubuh sebelumnya sudah pernah "berkenalan" dengan virus tertentu, makan tubuh bisa cepat menyiapkan pasukan antibodi yang sesuai dengan virus yang menyerang tersebut, dan akan lebih cepat juga untuk mengalahkan virus-virus tersebut.
Jenis Virus di Dalam Vaksin
Dikutip dari website PAEI (Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia), berdasarkan bahan imun yang ada di dalam vaksin, vaksin bisa dibedakan menjadi 2, yaitu āAttenuated whole-agent vaccinesā dan "Inactivated whole-agent vaccinesā. Attenuated whole-agent vaccines adalah vaksin yang terbuat dari virus hidup yang dilemahkan, sementara "Inactivated whole-agent vaccinesā adalah vaksin yang terbuat dari virus yang telah dimatikan tapi dipertahankan imunogenitasnya.
Biasanya vaksin yang terbuat dari vaksin hidup akan lebih tinggi efektivitasnya dalam meningkatkan respon imun tubuh, sehingga beberapa jenis vaksin yang seperti ini kadang hanya membutuhkan 1 kali suntikan. Sementara vaksin yang terbuat dari vaksin yang dimatikan cenderung lebih aman, tapi biasanya efektivitasnya lebih rendah sehingga kadang diperlukan lebih dari 1 kali suntikan vaksin untuk mencapai tingkat respon imun yang diinginkan. Meskipun demikian, keduanya tetap aman untuk digunakan dan terbukti dapat meningkatkan kemampuan tubuh melawan virus.
Tentang Halal dan KIPI
Sepertinya sejak dulu hingga masa pandemi covid-19 sekarang ini masih ada banyak orang yang ragu untuk melakukan vaksin. Kebanyakan alasan yang diangkat adalah mengenai kehalalan dan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Banyak yang menganggap vaksin tidak halal karena bahan maupun proses pembuatannya yang kadang bersinggungan dengan bahan haram. Sementara KIPI dijadikan alasan karena banyak yang takut mengalami efek samping setelah mendapat vaksin.
MUI sebagai majelis tertinggi di Indonesia yang mengeluarkan fatwa tentang halal-haram suatu produk telah mengeluarkan fatwa tentang imunisasi yang tertuang dalam fatwa MUI nomor 4 tahun 2016. Disebutkan bahwa imunisasi bersifat mubah (boleh) untuk mewujudkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu. Mengenai kehalalannya, ada banyak jenis vaksin yang sudah dinyatakan halal oleh MUI, baik vaksin covid-19 maupun vaksin lainnya. Vaksin yang sudah dinyatakan halal untuk covid-19 contohnya saja sinovac, dan vaksin merah putih buatan Indonesia. Jadi seharusnya tidak perlu ada keraguan mengenai kehalalan vaksin, karena proses imunisasinya sendiri bersifat mubah, dan vaksin nya sendiri ada yang halal.
Memang ada beberapa vaksin yang dalam proses pembuatannya bersinggungan dengan bahan yang diambil dari babi, yang mana sudah jelas bahwa babi adalah haram bagi muslim. Namun khusus untuk vaksin covid-19, MUI telah menetapkan fatwa bahwa vaksin covid-19 meskipun dalam proses pembuatannya bersinggungan dengan babi (misal jenis vaksin AstraZeneca) tapi diperbolehkan untuk digunakan dengan alasan ada kondisi darurat syar'i (dharuroh syar'iyyah). Kondisi darurat yang dimaksud adalah karena virus yang menyebar adalah virus berbahaya yang bisa menyebabkan kematian, dan vaksin bisa membantu mengurangi bahaya itu. Selain itu keadaan darurat juga termasuk karena jumlah vaksin yang halal masih sangat terbatas sementara vaksin dibutuhkan sesegera mungkin untuk masyarakat.
Alasan lain yang sering membuat orang ragu mendapatkan imunisasi adalah karena takut mengalami KIPI. Padahal, semua jenis vaksin yang dibuat pasti telah melalui beberapa tahapan uji klinis sehingga aman untuk digunakan. KIPI yang mungkin terjadi setelah imunisasi adalah reaksi tubuh yang wajar terjadi karena ada benda asing berupa bagian dari virus yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh merespon dengan membentuk antibodi, dan pada proses pembentukan antibodi itulah bisa terjadi reaksi seperti demam, sakit kepala, nyeri otot atau sendi, dan sebagainya.
Banyak yang berpendapat suntikan vaksin tidak baik karena malah menyebabkan sakit (seperti demam dan sebagainya). Padahal itu adalah reaksi tubuh yang sangat wajar terjadi. Perlu diingat bahwa KIPI akibat vaksin yang hanya berupa demam atau nyeri otot tentu tidak seberapa dibanding dengan sakit yang bisa terjadi jika terinfeksi virus aslinya sebelum badan punya antibodi yang cocok dengan virus tersebut. Komplikasi yang bisa terjadi jika terkena covid-19 bisa jadi jauh lebih berat dibanding KIPI. Jadi seharusnya dengan mengingat itu masyarakat tidak perlu takut dan ragu untuk imunisasi. Lebih baik nyeri sedikit dibandingkan harus dirawat di rumah sakit jika terkena infeksi covid-19 bukan?
Imunisasi dan Herd Immunity
Yang diharapkan dari digalakannya program imunisasi massal (baik imunisasi covid-19 maupun imunisasi lainnya) adalah terbentuknya herd immunity atau kekebalan kelompok. Herd immunity merupakan situasi dimana sebagian besar masyarakat sudah terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung dengan turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang bersangkutan. Diharapkan jika lebih dari 80% populasi sudah terlindungi dengan imunisasi, maka kelompok sisanya yang mungkin tidak bisa diimunisasi karena alasan kesehatan atau lainnya tetap bisa terlindungi. Hal ini dikarenakan 80% masyarakat yang sudah diimunisasi sudah memiliki kekebalan sehingga resiko infeksi dan penularannya pun menjadi rendah.
Saat ini imunisasi covid-19 memang belum bisa untuk semua umur, karena khususnya untuk bayi hingga balita diperlukan penelitian yang lebih mendalam karena secara fisik bayi dan anak kecil masih rentan. Padahal virus covid-19 bisa menginfeksi siapa saja tanpa mengenal batas usia. Herd Immunity diharapkan dapat menjadi jalan untuk melindungi kelompok usia muda yang belum bisa diimunisasi ini. Misalnya dalam satu keluarga ada orang tua serta anak berusia 2 dan 7 tahun. Jika orang tua serta sang kakak yang berusia 7 tahun sudah imunisasi covid-19, berarti mereka memiliki kekebalan tubuh terhadap virus covid-19 sehingga memiliki kemungkinan kecil untuk terinfeksi virus covid-19. Artinya, kecil pula kemungkinan sang adik yang berusia 2 tahun untuk tertular virus dari kakak atau orang tuanya.
Meskipun belum bisa imunisasi covid-19 karena belum ada vaksin yang tersedia untuk anak usia di bawah 6 tahun, orang tua masih bisa berusaha maksimal dengan melakukan imunisasi lengkap ketika anak masih bayi atau balita. Dengan melakukan imunisasi lengkap, tubuh anak akan lebih sehat dan tidak mudah sakit, sehingga akan mengurangi tingkat keparahan dan meminimalisir resiko komplikasi jika sampai terinfeksi virus. Banyak orang tua yang ragu membawa anaknya ke fasilitas kesehatan saat pandemi karena khawatir anaknya terinfeksi covid-19. Padahal imunisasi dasar tetap sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk menghindari adanya KLB (Kejadian Luar Biasa) berupa lonjakan kasus penyakit lain yang bisa dihindari dengan imunisasi.
Dalam sebuah wawancara yang dimuat di website Kementerian Kesehatan, dr. Aman Pulungan yang adalah ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan "Kesehatan anak adalah aset bangsa. Ketika anak sakit aset bangsa akan menurun. Imunisasi ini tidak boleh turun." Pernyataan tersebut sangat benar, karena memang anak-anak adalah calon generasi penerus bangsa yang harus dijaga kesehatannya. Dengan kesehatan yang baik, maka kemampuan anak untuk belajar dan berkembang akan maksimal sehingga dapat menghasilkan anak-anak bangsa yang berkualitas tinggi. Imunisasi sebagai jalan untuk meningkatkan kesehatan anak-anak juga harus terus dijaga supaya tetap berjalan baik meski dalam kondisi pandemi.
Penutup
Imunisasi adalah usaha paling baik untuk mencegah siapapun terkena penyakit yang parah. Memang imunisasi tidak bisa mencegah seseorang hingga tidak akan pernah terkena infeksi virus atau kuman, tapi dengan diimunisasi akan mencegah terjadinya kondisi sakit yang berat bahkan kematian jika sampai terkena infeksi virus atau kuman tertentu. Selain itu jika imunisasi dilakukan secara massal, diharapkan akan dapat menghasilkan herd immunity yang bisa menjaga keseluruhan populasi di Indonesia termasuk orang-orang yang tidak bisa imunisasi dengan alasan apapun. Dengan demikian, virus tidak akan berkembang lebih jauh dan penyakit berat seperti covid-19 tidak bisa lagi menginfeksi masyarakat, atau minimal tidak lagi menyebabkan penyakit yang serius.
Masyarakat juga harus bisa memilah informasi yang beredar, karena banyak informasi hoax yang bisa menyesatkan. Termasuk tentang kehalalan dan efek buruk imunisasi untuk tubuh. Jangan mudah percaya dengan broadcast yang banyak beredar di media sosial, karena bisa terjadi banyak perubahan informasi yang menyesatkan. Kita harus mencari informasi dari sumber terpercaya yang dikeluarkan oleh ahli-ahli di bidangnya. Dengan mendapat informasi dari sumber terpercaya dan ahli di bidangnya, kita akan tahu bahwa imunisasi tidak berbahaya. Justru ada lebih banyak manfaatnya daripada ruginya. Jadi, ayo kita imunisasi dengan mengajak seluruh anggota keluarga, sebagai usaha agar kesehatan kita selalu terjaga dan terhindar dari berbagai jenis penyakit berbahaya yang bisa dicegah dengan imunisasi.
Ayo jaga diri, keluarga, dan masyarakat dengan imunisasi. Jangan lupa tetap selalu jaga protokol kesehatan.
Komentar
Posting Komentar