Beberapa waktu lalu, saya bersama keluarga besar mengisi waktu liburan sekolah anak-anak dengan berlibur ke Jakarta. Yang dekat-dekat saja ke Jakarta, biar nggak terlalu capek dan riweuh dengan perjalanan. Maklum rombongannya cukup besar, 26 orang dengan 14 di antaranya anak-anak. Selain itu juga biar sekalian mengunjungi nenek dan saudara di Jakarta. Kami berangkat menggunakan satu mobil hiace besar dan 2 mobil biasa.
Sekitar jam 10 sesuai jam yang disepakati bersama untuk berangkat, saya beserta suami dan anak-anak sudah siap. Semua barang yang akan dibawa juga sudah masuk ke koper dan tas. Termasuk handphone saya. Tapi sambil menunggu dijemput mobil hiace, untuk menghilangkan bosan saya keluarkan lagi HP dari tas dan saya scrolling medsos. Tiba-tiba mobil hiace sampai di depan rumah. Anak-anak saya pun langsung berlarian keluar rumah. Saya pun langsung kerepotan menjaga anak-anak supaya tidak mendekati mobil-mobil yang masih bergerak untuk parkir, juga meneriaki mereka untuk membawa tasnya masing-masing sambil memakaikan sandal ke kaki si bungsu. Suami juga langsung mengangkut koper dan tas ke dalam mobil. Kami lalu dengan heboh masuk ke dalam hiace dan mengatur posisi duduk supaya semua bisa duduk dengan nyaman. Setelah semua masuk, mobil pun langsung meluncur ke Jakarta.
Setelah mobil berjalan sekitar 15 menit, saya baru sadar kalau saya tidak pegang HP. Saya mencoba cari di tas, tapi juga tidak ditemukan. Suami mencoba menelepon HP saya, tapi tidak terdengar dering di manapun. Artinya HP saya pasti tertinggal di rumah. Saya ingat saya pegang HP saat menunggu hiace datang, tapi ketika mobil hiace tiba di depan rumah, saya tidak ingat HP tersebut saya letakkan di mana. Entah di kursi, atau di meja, yang jelas bukan di tas. Ya sudah, mau gimana lagi.
Kalau saya pakai mobil pribadi, mungkin saya akan memilih untuk putar balik dan mengambil HP. Tapi karena kami pergi menggunakan mobil besar bersama-sama, rasanya saya nggak enak kalau harus putar balik hanya untuk mengambil HP saya. Apalagi di dalam mobil banyak anak-anak yang harus dijaga mood-nya supaya perjalanan tetap nyaman untuk semua. Jadi ya sudah saya pasrah saja 3 hari ke depan tidak bisa pakai HP.
Lagipula untuk saya HP selain untuk dipakai scrolling medsos, biasanya hanya untuk kontak-kontak suami saja. Jadi kalau selama liburan ini saya selalu bersama suami, ya sudah harusnya sih aman. Saya hanya jadi kehilangan kesempatan untuk main medsos saja. Ya nggak masalah, hitung-hitung detoks sebentar dari medsos yang memang kadang kurang menyehatkan kan ya.
Lalu setelah 3 hari tanpa HP, apa yang saya rasakan dan dapatkan?
The Real Quality Time
Saya cukup surprise sendiri, karena ternyata... I'm totally fine! Sama sekali tidak merasa kehilangan. Nggak ada HP ternyata nggak lantas bikin saya jadi banyak bengong tuh. Sama sekali nggak. Justru, dengan tidak adanya HP saya jadi benar-benar fokus menikmati waktu saya bersama keluarga. Kan judulnya liburan ya, jadi sudah sewajarnya harus dinikmati.
Saya juga jadi fokus menemani anak-anak bermain, tidak terdistraksi oleh HP. Biasanya saat anak terlihat asyik sendiri, saya sering tergoda untuk cek HP baik lihat obrolan WA grup maupun scrolling medsos. Tapi karena saat liburan kemarin HP-nya nggak ada, ya saya jadi terus memperhatikan anak-anak. Melihat ekspresi senang mereka saat bermain itu ternyata priceless loh. Senyum dan tawa mereka bikin kita ikut happy!
Selain fokus menemani anak-anak, saya juga jadi bisa lebih fokus saat mengobrol bersama orang tua maupun kakak-kakak dan adik-adik saya. Obrolan jadi terasa lebih hangat kalau semua sama-sama fokus dan tidak terdistraksi oleh HP. Canda tawa kami jadi lebih seru rasanya karena tidak ada godaan untuk memegang HP.
Nggak Ribet Cari dan Pegang HP
Satu hal positif lain yang saya rasakan saat nggak bawa HP kemarin, saya jadi nggak perlu ribet cari-cari HP setiap mau moving dari satu tempat ke tempat lain. Karena HP kan seringnya dipegang ya, jadi kalau mau pindah dari satu tempat ke tempat lain tuh seringnya ribet cari HP dulu. Padahal namanya juga liburan kan, pasti banyak pindah tempatnya, dari mobil ke tempat makan, dari tempat makan ke tempat main, dari tempat main ke tempat belanja, dan seterusnya.
Belum lagi saya masih sering ditarik-tarik sama si bungsu ke sana-sini, kadang malah dia minta gendong. Saat nggak bawa HP kemarin, terasa sekali tangan jadi bebas nggak perlu ribet gendong sambil pegang HP, jadi bisa lebih nyaman juga gendong anak. Dan pikiran juga jadi lebih tenang, karena nggak jadi sedikit-sedikit kepikiran "eh tadi HP aku simpen mana ya?" atau "eh barusan ninggalin meja tuh masih ada HP nggak ya di mejanya?"
Ternyata Nggak Jadi Ketinggalan Info
Kadang beralasan kalau pegang HP lama-lama itu supaya bisa terus update sama berita di luar sana. Padahal untuk dapat info atau berita nggak cuma lewat HP sih. Tanpa HP kemarin pun saya nggak jadi ketinggalan info. Pagi-pagi saat bangun tidur di hotel lihat acara berita dulu di TV, jadi tahu ada berita terbaru apa. Selain itu ngobrol dengan anggota keluarga juga bisa menjadi sumber update berita kok. Kan dengan ngobrol bisa jadi saling tukar informasi.
Tapi mungkin kalau saya di rumah terus hanya bersama anak-anak, kadang info atau berita terkini memang hanya bisa saya dapatkan dari HP sih. Karena mungkin TV jarang dinyalakan atau kalaupun dinyalakan pasti channel yang dipilih selalu channel anak-anak. Lalu ngobrol dengan orang dewasa lain pun agak jarang karena di rumah hanya ada anak-anak. Sementara kemarin saat liburan saya tidak hanya bersama anak-anak tapi juga banyak orang dewasa lain yang bisa diajak ngobrol dan bertukar informasi.
Penutup
Intinya, ternyata bisa banget loh pergi tanpa HP. Nggak bikin kita jadi nggak bisa ngapa-ngapain kok. Saya kemarin rasanya tetap sibuk dan nggak kehilangan apapun kok walaupun 3 hari nggak pegang HP. Minusnya hanya jadi sedikit sulit untuk mendokumentasikan liburan saja sih. Jadi harus pinjam HP suami atau anggota keluarga lain untuk merekam momen keseruan liburan. Tapi selain itu saya nggak merasa kehilangan apapun meski tanpa HP.
Tapi ya syaratnya memang harus pergi dengan suami, dan selalu dekat dengan suami. karena kalau ada apa-apa, misalnya tiba-tiba terpisah atau ada kondisi darurat lain, tentu akan repot ya kalau nggak ada HP dan nggak berada di dekat suami. Akan sulit untuk kita bisa mengontak suami. Tapi selama kita selalu berada dekat suami atau minimal anggota keluarga lain, sebenarnya liburan tanpa pegang HP sangat bisa kok untuk dilakukan.
Coba deh sekali-kali kalau liburan tinggalkan HP-nya supaya nggak tergoda untuk sedikit-sedikit ngecek WA, jadi bisa menikmati waktu liburan bersama keluarga. Hehe...
Aku jadi ingat pernah ketinggalan HP waktu jalan2. Dan memang lebih peaceful dan baik2 aja sih Alhamdulillah. Apalagi dengan jalan2 bawa anak ya, pastinya berkurang satu hal yang harus dicek2
BalasHapusAku belum pernah nih punya pengalaman nggak pegang hp lebih dari 24 jam. Rekor nggak pegang hp kayanya hanya dalam hitungan jam saja. Itu pun karena ditinggal tidur. Tapi baca cerita Echa kok ya tergoda juga ya pengen nyoba setidaknya 1 hari dalam seminggu. Mestinya bisa sih. Lah cuma di rumah aja ini. Dunia tidak akan berhenti berputar hanya karena seseorang nggak pegang hp ya.
BalasHapusEhehehe, kisahnya lucu Teh Echa. Ini namanya blessing in disguise ya.
BalasHapusSaya cukup sering berniat gak bawa HP kalau pergi sama suami, tapi justru PakSuami saya itu lho, yang ngingetin untuk HARUS dibawa. Apalagi sekarang ke mana-mana saya transaksi pakai uang digital, makin lengkeeet lah sama si HP ehehe.