Tantangan MGN is back!
Sepertinya saya memang harus sedikit "dipaksa" untuk mengisi blog ya, karena selama libur Tantangan MGN, blog juga ikut libur, tidak diisi. Hehe.. Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog di awal tahun baru ini mengangkat tema buku bacaan yang berpengaruh. Awalnya cukup bingung bacaan apa yang cukup berpengaruh dalam hidup saya, tapi akhirnya saya memutuskan untuk mengenang buku bacaan yang cukup berpengaruh dalam kehidupan literasi saya.
Sejak dulu saya suka membaca buku. Bahkan saat remaja tempat favorit saya adalah toko buku. Saya bisa menghabiskan waktu lama berkeliling memilih buku, lalu setelahnya bisa mendekam lama di kamar dan tenggelam dalam buku yang baru dibeli. Tentu rasa suka terhadap buku tidak muncul begitu saja sejak lahir ya. Ada proses panjang sampai seseorang -termasuk saya- suka membaca. Dimulai dari buku cerita bergambar dengan teks 1-2 baris, lalu buku bergambar yang teksnya lebih panjang tapi halamannya sedikit, komik yang tulisannya sedikit tapi halamannya banyak, sampai akhirnya buku tanpa gambar. Saya sebenarnya tidak ingat buku tanpa gambar apa yang pertama kali saya baca. Tapi yang saya ingat, buku yang mempengaruhi minat baca saya khususnya untuk membaca buku tidak bergambar adalah buku-buku ini. Buku apakah itu?
Buku-buku karya Enid Blyton!
Pasti tahu dong siapa Enid Blyton. Novelis yang sampai sekarang ratusan karyanya masih dikenang. Bahkan sepertinya masih dijual versi barunya di toko buku. Iya kan ya? Saya sudah lama nggak mampir ke area novel remaja di toko buku sih, jadi kurang tahu apa novel-novel Enid Blyton masih dijual cetakan terbarunya. Yang jelas di gramedia digital sih masih ada beberapa buku karya Enid Blyton, termasuk yang sepertinya paling populer: The Famous Five atau dalam versi Indonesia-nya Lima Sekawan.
Saya tidak ingat dari mana dulu pertama kali saya membaca buku karya Enid Blyton. Tapi yang jelas, buku Enid Blyton itu sangat mempengaruhi minat baca saya, khususnya dalam membaca novel. Bagi anak SD, mungkin komik adalah buku yang paling banyak dipilih untuk dibaca. Banyak gambar dan sedikit tulisan, jadi tentunya nggak susah untuk anak SD yang baru bisa membaca. Saat masih kecil dulu sebelum mulai suka membaca novel, kalau saya melihat novel yang isinya tulisan semua rasanya langsung lelah. Terbayang mata mungkin "jereng" melihat huruf terus tanpa gambar, belum lagi pasti butuh waktu lama untuk menyelesaikan membaca 1 buku.
Tapi ternyata kalau isi bukunya menarik, tulisan panjang tanpa gambarpun tetap menyenangkan untuk dibaca. Sepertinya itulah yang saya rasakan ketika membaca buku-buku Enid Blyton dulu. Kisah petualangan yang seru dari tokoh-tokoh di berbagai seri buku Enid Blyton ternyata berhasil menepis anggapan awal saya bahwa membaca buku yang isinya tulisan semua itu susah dan melelahkan. Terbukti karena dari sekian banyak buku di rak di kamar saya, penulis yang jumlah bukunya paling banyak saya miliki adalah Enid Blyton. Ada lebih dari 20-an buku Enid Blyton yang saya koleksi dari berbagai seri.
Kisah Lima Sekawan mungkin adalah seri paling populer dari karya Enid Blyton. Tapi saya ternyata lebih suka seri yang lain, yaitu Sapta Siaga (judul aslinya Secret Seven) dan Pasukan Mau Tahu (judul aslinya The Five Find-Outers). Karena saya tidak punya koleksi seri Lima Sekawan, sementara seri Sapta Siaga dan Pasukan Mau Tahu malah punya belasan hingga puluhan judul.
Sebenarnya kisah Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, dan Sapta Siaga secara garis besar isinya mirip, yaitu petualangan sekelompok anak-anak memecahkan berbagai misteri seperti pencarian harta karun, pencarian orang maupun barang hilang, hingga menangkap pencuri yang kerap melakukan pencurian di seluruh desa. Yang membedakan jelas tokoh dan karakter masing-masing tokohnya. Perbedaan karakter itu tentu bisa membuat keseluruhan cerita menjadi terasa berbeda. Latar belakang lokasi dan kejadian juga selalu dibuat berbeda sehingga membuat pembaca terus penasaran untuk membaca kisah lainnya meski sudah menyelesaikan membaca satu kisah. Rasanya ikut deg-degan setiap membuka lembar demi lembar bukunya sehingga mudah sekali untuk ikut terhanyut dalam cerita. Seru!
Ingin Anak-Anak Ikut Menyukai Enid Blyton
Buku-buku Enid Blyton inilah yang membawa pengaruh besar dalam kemampuan literasi saya, karena setelah merasa oke dengan membaca buku Enid Blyton, saya mulai berani membaca novel lain yang font-nya lebih kecil, atau novel yang halamannya lebih tebal. Sampai akhirnya saya mulai keranjingan membaca buku dan bisa "melahap" buku jenis apapun, baik fiksi maupun non fiksi.
Kemampuan literasi khususnya kemampuan membaca memang erat kaitannya dengan pembiasaan. Jika sudah terbiasa membaca novel ringan yang isinya melulu tulisan, seseorang biasanya akan tertantang untuk mencoba bacaan lain yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Dan terus begitu sampai terbentuk hobi untuk membaca dan selalu merasa "haus" bacaan.
Kebiasaan membaca tentu merupakan kebiasaan yang sangat baik karena membaca akan selalu membuat seseorang memiliki wawasan yang semakin luas. Pembiasaan itulah yang perlu diterapkan kepada anak-anak sedari dini. Saya pun ingin anak-anak saya bisa memiliki kemampuan literasi yang baik. Saat ini saya menyediakan banyak buku bacaan bergambar di rumah, karena memang usia anak-anak masih cocoknya dengan jenis buku bacaan bergambar. Tapi nanti ketika usianya sudah cukup untuk memulai membaca novel, sepertinya saya akan memperkenalkan koleksi Enid Blyton milik saya kepada mereka. Kalau ada rejeki sih mungkin saya akan beli versi terbarunya ya, karena koleksi saya meski masih bisa dibaca tapi kertasnya sudah sangat menguning dan sedikit berjamur karena penyimpanan yang kurang apik. Bisa-bisa malah mengurangi minat baca anak-anak karena penampilan buku yang kurang oke. Heheā¦
Kisah anak-anak ala Enid Blyton ini pun sepertinya tak lekang oleh waktu, dan masih bisa dinikmati sekarang meski usia ceritanya sudah sekitar 80 tahun. Kisah petualangan seru semacam itu akan bisa menyihir anak-anak untuk tidak berhenti membaca dari halaman pertama hingga terakhir. Dan harapan saya, anak-anak saya akan bisa menyukai buku-buku ini seperti saya dan pada akhirnya mau dan suka membaca buku apapun sehingga wawasannya akan menjadi sangat luas.
Ada yang dulunya juga penyuka buku karya Enid Blyton seperti saya? š
Teh Echa tos dulu ah ... Sesama penyuka Lima Sekawan yang bikin aku kayak ikut berpetualang gitu. Aduh senangnya masa itu SD-SMP sampai gak jajan demi bisa beli koleksinya.
BalasHapusTrus sedih banget deh! Pas SMP kan pindahan rumah, koleksiku itu hilang entah kemana? Padahal rasanya sudah ditaruh di kardus khusus. Sekarang anakku lanjut ikut suka juga baca Lima Sekawan, tapi kataku sih bagusan dulu ilustrasinya.
salam hangat
Iya teh aku dulu baca juga Enid Blyton dan lima sekawan koleksi kakakku. Memang seru ya ikut berpetualang dan isinya pun 'aman' dibaca
BalasHapusLima Sekawan memang booming di jamannya ya. Saya juga suka.
BalasHapusSoal kebiasaan membaca itu, setuju. Sebelumnya saya paling malas baca koran. Tulisannya terlalu kecil2. Buku anak-anak dan kemudian serial Lima Sekawan sangat membantu kita untuk jadi suka baca.
Famous Five-nya Enid Blyton menorehkan jejak kenangan di memori generasi milenial ahahaha. Saya juga suka banget nih pas masih kecil.
BalasHapusCuman saya kaget, beberapa waktu lalu pengen baca Famous Five yang terbaru, di toko buku Books&Beyond ada. Nah pas sudah dibeli, kecewa kok bukan tentang memecahkan misteri yang seru kayak yang dulu saya baca saat masih kecil ya. Sekarang tuh tentang pertemanan biasa saja.
Hhmm padahal ngarepnya mau nostalgia mereka, tapi kok jadi beda banget.
Kalau anak-anak sekarang bacaannya Tere Liye, kita dulu generasi Enid Blyton ya. Kalau aku sukanya seri-seri sekolah berasrama seperti Malory Towers, Si Badung, atau St. Clare. Seru-seru banget. Walau polanya terasa sama.
BalasHapus