Langsung ke konten utama

Sakha Abhiru Putra (part 1: Kehamilan)


Ini cerita tentang anak keempatku, yang hadir di dunia di tanggal 8 November 2023.


Sakha Abhiru Putra


Pas bayi mungil ini hadir lewat 2 garis strip di testpack, jujur aja aku (dan juga suamiku) shock. Karena ya memang tidak direncanakan dan tidak disangka-sangka juga. Niat hati sih Kiana saja yang jadi anak bungsu, tapi ternyata Allah kasih rejeki lebih. Walaupun sempat agak stres ketika tahu hamil (karena aku overthinking dan ga yakin mampu jadi ibu beranak 4),  tapi pada akhirnya aku menerima kehamilan ini dengan lapang dada meski butuh waktu. Haha... Yah walaupun sampai akhir kehamilan tetap ada sih perasaan cemas dan takut yang selalu berujung pada pertanyaan "emang aku mampu ya?" Tapi support system di sekeliling aku meyakinkan bahwa insyaAllah aku akan dimampukan oleh Allah untuk menjadi ibu dari 4 anak. 


Jadi, awal kehamilan aku ini ketahuannya seperti kehamilan pada umumnya, yaitu karena terlambat haid. Tapi saat itu karena aku dalam hati nggak pengen hamil, jadi sengaja nunda testpack, berharap hanya siklus haid kacau karena pola hidup atau pola makan saja. Tapi ditunggu seminggu dua minggu kok ya nggak datang juga haidnya, akhirnya memasrahkan diri dan menyiapkan hati untuk menghadapi kenyataan. Ternyata benar saja, hasil testpack nya dua garis.


Walau sudah berusaha menyiapkan hati, tapi ternyata overthinking-ku terlalu kuat. Saking overthinking-nya, aku jadi takuuuutttt banget menghadapi kehamilan ini. Rasanya nggak siap banget. Akan punya anak keempat, tapi anak pertama saja masih suka tantrum padahal sudah bukan masanya. Belum lagi anak-anak yang lainnya dengan PR-nya masing-masing. Ditambah lagi aku yang sering sekali insecure merasa tidak mampu menjadi istri dan ibu yang baik di keluargaku, makin menambah ketakutan aku menghadapi kehamilan ini. 


Aku ingat saat mengikuti itikaf di 10 malam terakhir Ramadhan, aku mendengar nasihat yang isinya tentang ridho menerima qodar dari Allah, dan betapa 10 malam terakhir Ramadhan ini sangat baik jika dimaksimalkan untuk memohon kekuatan pada Allah dalam menghadapi segala jenis qodar dari-Nya selama setahun ke depan. Di situ rasanya aku cukup tertampar, karena baru aku sadari ternyata aku sangat kurang taqwanya. Selama ini aku cuma fokus sama ketakutan aku, tapi lupa berserah diri ke Allah. Padahal yang mengatur segala kehidupan kita kan Allah ya.


Setelah mendengar nasihat itu barulah aku berani cerita ke mama bahwa aku hamil. Walau berusaha kuat, tapi ternyata aku ambyar juga pas cerita ke mama soal ketakutan-ketakutan aku menghadapi kehamilan dan kehidupan dengan 4 anak. Tapi mama akhirnya berhasil menguatkan dan meyakinkan aku bahwa Allah pasti memberi yang terbaik untuk aku, meski sekarang aku merasa berat. Jadi aku pun mulai menjalani kehamilan dengan hati lebih plong. 


Alhamdulillah, kehamilan kali ini bisa dibilang kehamilan yang paling santai secara fisik. Tidak ada keluhan mual apalagi muntah sejak awal hingga akhir. Setiap periksa kandungan ke dokter juga tidak pernah ada masalah. Sakit-sakit badan yang biasanya sangat mengganggu di kehamilan sebelum-sebelumnya juga di kehamilan ini tidak terlalu berasa. Entah karena memang tidak sesakit itu, atau badan aku saja yang sudah terbiasa sama aneka nyerinya. Hehe.. Ya pasti ada sakit badan seperti nyeri pinggang atau nyeri selangkangan, khususnya di akhir-akhir kehamilan. Tapi rasanya tidak terlalu mengganggu aktivitas sih.


Mungkin Allah memberi aku kehamilan yang secara fisik mudah karena Allah memberi cobaan untuk aku dalam bentuk “gangguan emosi”. Allah Maha adil kan, kondisi fisik dibuat mudah tapi kondisi psikis penuh cobaan. Rasanya emosi aku tuh kaya roller coaster banget deh sepanjang hamil. Mulai dari harus menghadapi anak pertama yang umurnya sudah 8 tahun tapi masih suka tantrum marah-marah. Ada juga sibling rivalry yang bikin rumah selalu “ramai” dengan teriakan atau tangisan yang bergantian saja karena meributkan masalah yang beraneka ragam.


Lalu yang paling bikin senewen khususnya di akhir-akhir kehamilan itu karena aku memulai toilet training ke Kiana. Padahal umurnya sudah 2,5 tahun, tapi entah memang dianya belum siap atau ada pressure tersendiri juga karena mau “kesundul”, tapi proses toilet training-nya kok ya susaaaahhh banget. Sampe 3 bulan belum bisa juga. Bukan cuma belum bisa pipis sendiri di toilet, tapi bahkan kadang dia nggak bilang kalau celananya sudah basah kena pipis. Tetap nyaman saja gitu pakai celana basah bau pesing. Lalu pup lebih nggak jelas lagi, setiap diajak pup di toilet malah berujung ngamuk nangis kencang. Gimana aku nggak senewen kan.. 


Kenapa aku maksain toilet training menjelang lahiran? Karena berat cuy beli diapers 2 ukuran sekaligus. Hahaha.. Jadi biar jatah bulanan beli diapers dialihkan buat yang newborn sementara mbanya ya sudah pakai celana saja dong. Tapi ya itulah harga yang harus dibayar, senewen! Bolak-balik harus nyuci ngucek celananya Kiana yang kena basah ompol atau malah pup tuh bikin capek fisik dan capek hati. Apalagi dengan perut semakin membesar ditambah badan pegal-pegal, progres toilet training Kiana yang terasa sangaaaatttt lambat makin bikin aku senewen. 


Terus ya entah memang akunya yang emosinya labil, atau ada pengaruh hormon hamil, tapi cukup sekali saja Kiana ngompol atau pup di celana, senewen dan bad mood-nya aku bisa bertahan seharian penuh. Bisa juga merembet bikin aku marah untuk hal-hal kecil lainnya, dan nggak cuma ke Kiana tapi anak-anak yang lain juga kena. Bahkan kadang ayahnya yang di kantor juga ikutan kena tumpahan emosi bunda yang labil ini. 


Nah di tanggal 8 November pagi, lagi-lagi Kiana pup ngumpet-ngumpet di kamar. Dalam hati tuh aku merasa lelah banget sama urusan pup di celana ini. Mau nyerah, tapi nggak bisa. Mau lanjut, tapi kaya lelah banget. Sampai bingung banget harus gimana, lalu whatsapp curhat ke suami malah berujung aku nangis sesenggukan. Dan sudah beberapa hari berturut-turut tiap hari itu adaaaa saja yang bikin aku nangis. Memang selabil itu emosi aku saat itu.


Saking sedihnya, aku lalu ketiduran di kursi setelah jemput anak-anak. Kebangun sekitar jam 2 karena perut mules. Sebelum-sebelumnya kalau mood lagi nge-drop gitu memang kadang suka terasa kontraksi, tapi yang kali ini aku rasa mulesnya beda, ini sakit bukan cuma tegang. Tapi karena sudah pengalaman persalinan ke-4, aku nggak buru-buru mau ke klinik karena rasa mulesnya masih sangat biasa, belum menyakitkan banget. Jadi aku catat saja kontraksinya di aplikasi pencatat kontraksi. Ternyata mulesnya terus berlanjut, dan berdasarkan frekuensi kontraksi yang aku catat, aplikasi pencatat kontraksi ngasih saran untuk aku segera pergi ke tempat persalinan.


Sekitar jam 4.30 sore aku kabarin suami aku kalo aku sudah merasakan kontraksi intens. Suami tadinya mau jemput anak-anak dulu yang lagi ngaji di masjid. Tapi lalu ternyata adik ipar aku mau bantu jemput anak-anak, jadi suami langsung ke rumah jemput aku untuk segera ke klinik. Setelah angkut semua tas ke mobil, aku sama suami dan Kiana pergi ke rumah mama aku untuk nitipin Kiana dan minta doa dari mama papa. Akhirnya menjelang magrib aku dan suami pergi ke Klinik Mutiara Cikutra, tempat yang kami pilih jadi tempat bersalin. 


Klinik Mutiara Cikutra (KMC) ini sudah jadi langganan aku untuk melahirkan, karena anak kedua dan ketiga aku lahir di KMC. Dan dari 2 kali pengalaman melahirkan di sana, fasilitas dan pelayanannya memuaskan banget. Makanya kami memutuskan untuk bersalin di KMC lagi karena memang senyaman itu, baik untuk akunya, bayinya, maupun untuk suami.


Cerita persalinannya lanjut di postingan berikutnya yaaa...

Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah