Langsung ke konten utama

Nostalgia Kue Lebaran Eyang

Sudah memasuki minggu kedua Ramadan, artinya tidak lama lagi kita akan menjumpai hari lebaran. Baik yang mudik ke kampung halaman ataupun yang tidak ke mana-mana karena tidak punya kampung, pasti sama-sama punya makanan yang ditunggu di hari raya. Namanya hari raya, biasanya orang-orang akan sebisa mungkin menyediakan makanan spesial yang berbeda dari biasanya. Eh iya, nggak masalah kan ya lagi puasa ngomongin makanan. Hehehe…


Untuk saya pribadi, saya ingin nostalgia ke masa kecil saya ketika lebaran di rumah eyang. Nggak bisa dibilang mudik ya, karena rumah eyang ada di tengah kota Bandung dan hanya berjarak 6 km dari rumah saya dulu. Ada satu kue yang saya ingat sekali selalu ada di meja makan rumah eyang, yaitu kue lapis legit.


Lapis legit eyang mirip seperti yang di gambar ini, sangat moist dan seketika lumer ketika masuk mulut. Nyam...
Sumber gambar: YouTube Kiko Kuliner Channel


Lapis legit mungkin memang bukan makanan khas Bandung ya, tapi buat saya menjadi cukup khas hari raya karena kalau bukan lebaran jarang sekali kue ini tersedia di meja makan rumah eyang, apalagi rumah saya. Hehe… Rasa kue buatan eyang juga sangat enak, karena dibuat dari bahan terbaik dan dengan sentuhan tangan eyang yang ajaib. Tiap hari lebaran eyang selalu menyediakan banyak kue, mulai dari kue kering sampai kue basah. Maklum, almarhum eyang kung adalah anak tertua, jadi pada hari raya selalu dikunjungi adik-adik hingga ponakan-ponakannya.


Saya ingat, saat membuat kue lain eyang suka membolehkan cucu-cucunya ikut membantu, termasuk saya. Misalnya ikut menuangkan bahan, mencetak, dan sebagainya. Tapi untuk lapis legit, sepertinya selalu eyang sendiri yang membuatnya. Sepertinya karena prosesnya yang super ribet juga modal yang lumayan mahal, jadi eyang tidak mau mengambil resiko kuenya gagal kalau tangan-tangan kecil kami ikut membantu. Hahaha…


Buat yang belum tahu, untuk menghasilkan kue lapis legit yang enak seperti buatan eyang, bahan yang dipakainya premium dan terhitung cukup mahal dibandingkan kue jenis lain. Telur yang dipakai saja bisa 20 butir atau lebih. Dan mentega atau butter yang dipakai juga harus yang kualitas terbaik untuk menghasilkan kue yang super legit.


Lapis legit buatan eyang adalah tipe lapis legit yang basah, karena hanya menggunakan sedikit terigu. Dan lapisannya juga tipis-tipis. Bisa dibayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kue ini. Pantas saja kalau beli lapis legit harganya lumayan mahal, karena selain bahan yang premium, proses pemanggangannya juga sangat merepotkan.


Sebelum dipanggang, ada proses mixing adonan yang juga tidak simpel. Putih telur, kuning telur, dan butter harus diproses secara terpisah. Proses mixing juga membutuhkan waktu cukup lama supaya adonan bisa mengembang sempurna, masing-masing bahan butuh waktu 15-30 menit di mixer.


Setelah adonan jadi, proses memanggangnya membutuhkan kesabaran super. Bayangkan saja, tiap lapisan harus dipanggang satu persatu, padahal lapisannya sangat tipis-tipis. Caranya satu lapis adonan dituang ke loyang lalu dipanggang di oven selama sekitar 5 menit, kemudian dituang lagi lapisan selanjutnya lalu dipanggang lagi sekitar 5 menit. Terus begitu diulang sampai adonan habis. Kata eyang dulu, sampai adonan habis itu sekitar 20-25 lapisan. Astaga, membayangkannya saja saya sih sudah mundur duluan, capek.


Berarti dari mulai proses membuat adonan yang membutuhkan 3 kali mixing (adonan kuning telur, adonan putih telur, dan adonan mentega) sampai proses pemanggangan bisa memakan waktu lebih dari 3 jam! Lalu repotnya lagi karena harus tiap 5 menit membuka oven dan menuangkan adonan, jadi proses pemanggangan juga tidak bisa ditinggal. Tidak seperti kue lainnya yang begitu masuk oven ya ditinggal saja sampai timer berbunyi dan kue matang sempurna. Jadi dalam pembuatan lapis legit, selama 3 jam itu kita harus stay di dekat oven agar kue tidak gagal. Ya ampun, repot sekali ya.


Sekarang memang eyang sudah tidak pernah lagi membuat kue lebaran apapun karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan. Saya cukup kangen juga dengan lapis legitnya eyang. Tapi anak dan cucu eyang sepertinya tidak ada yang sesabar eyang untuk memanggang lapis demi lapis kue ini. Makanya meski resep sudah diturunkan oleh eyang ke anak-anaknya, tapi lapis legit tidak lagi ada di meja makan rumah eyang di kala lebaran sekarang, karena tidak ada yang berminat membuatnya.


Memang ternyata eyang itu sejak dulu luar biasa kesabarannya. Pantas saja sekarang di usia senjanya eyang selalu sabar menjalani hari-harinya meski semakin lama semakin banyak keluhan di fisiknya. Ah, kalau bicara soal kesabaran eyang sepertinya saya harus membuat satu tulisan khusus lagi nih. Hehehe…





Tulisan ini diikutsertakan untuk tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2024. 

Komentar

  1. dipikir-pikir, orang jaman dulu tuh terlatihnya karena hal seperti ini ya. bikin kue lapis legit, bikin burgo semua butuh tenaga lebih. makin ke sini, semua orang nyari yang instan, termasuk saya. dikasih lama sedikit langsung panik dan gak tenang.

    seharusnya semua orang dikasih latihan bikin lapis legit biar bisa lebih sabar dalam menghadapi kehidupan :9 plus bisa bikin makanan enak :9

    BalasHapus
  2. Wuah buat lapis legit butuh ketekunan dan kesabaran tinggi ya. Kalau lihat caranya agak rumit gitu mending beli deh buat aku yang tim praktis, hihi. Memang enak sih kue lapis legit.

    BalasHapus
  3. Wow...Eyangnya Teh Echa bisa bikin lapis legit? Kue sultan ini mah...Kalau beli mahalnya ampun, bisa ratusan ribu. Kalau dihidangkan juga seiris tipis banget, trus makannya juga ikutan cimit-cimit biar lama abisnya...wkwkwk.
    Tak heran bikinnya juga selapis demi selapis. Perlu segunung kesabaran...

    BalasHapus
  4. Lapis legit nih emang kue sultan ya. Pernah juga lihat orang yang buat lapis legit. Salut lah sama ketabahannya duduk di depan oven.

    BalasHapus
  5. Sekarang aku jadi menegerti kenapa kue lapis legit harganya selangit, bahkan jika disandingkan dengan kue ala barat di toko bakery terkenal pun dia harganya tak kalah mahal. Ternyata bahan yang dibutuhkan juga cara membuatnya tidak sederhana.

    BalasHapus
  6. Huwaaa, telaten sekali, eyang 😍 Pasti rasanya juga super duper enak sekali. Kue yang uenak banget ini makannya musti dikit2. Bukan (cuma) karena mahalnya, tapi lebih karena kandungan kolesterolnya. Sambil menghargai proses memasaknya yang panjang dan rumit lah, ceritanya yaaa 😋

    BalasHapus
  7. Seperti semua Mamahs, saya salut dengan telaten dan sabarnya Eyang Teh Echa. Pastiii rasanya enak berlipat lipat karena ada bumbu tambahan rasa cinta.

    Jadi teringat saat Imlek kemaren, kue lapis legit menjadi primadona dan hampers premium yang paling disuka dan ditunggu :)

    BalasHapus
  8. MasyaAllah ya kesabaran Eyang yang telaten dengan kue lapis legit yang ngangenin ini. Dulu Almarhumah Nenek juga suka buat lapis legit dan lapis agar. Itu karena kue sultan, sama kami para cucu cuma boleh nonton. Sama mengambil keuntungan kalau ada adonan yang failed. Kami dapat jatah sisa pesanan yg gagal itu hihi

    BalasHapus
  9. Pantesan kue lapis legit yang enak itu harganya mahal banget ya. Selain bahannya premium, bikinnya juga susah. Yang jelas, kue lapis legit eyang sarat akan kenangan, itu yang membuat kue itu terasa nikmat ya

    BalasHapus
  10. Lapis legit memang enak, sesuai dengan namanya, legit. Dulu saya bisa makan banyak. Tapi setelah tahu bahan-bahan untuk membuatnya, saya gak berani lagi makan banyak. Saya takut terserah kolesterol tinggi hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah