Sudah berbulan-bulan saya melewatkan tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog. Padahal selama ini saya masih selalu mengikuti perkembangan di grup. Bahkan sebenarnya hampir setiap bulan juga ada draft yang saya tulis untuk tantangan. Tapi karena kesulitan meluangkan waktu untuk menulis, akhirnya draft tersebut tidak pernah berhasil diselesaikan tepat waktu. Tapi bulan ini saya harap bisa kembali menaklukkan tantangan.
Tema bulan ini adalah tentang koleksi. Kalau ditanya apa koleksi saya sekarang, jawabannya tidak ada. Kecuali jika mengumpulkan thinwall bekas jajan makanan dari gofood bisa dikategorikan koleksi ya. Atau koleksi tumpukan sampah anorganik terpilah yang belum sempat disetorkan ke bank sampah. Heheā¦ Semakin ke sini rasanya saya semakin tidak punya hobi, termasuk untuk mengoleksi sesuatu. Hobi punya sih, hanya saja tidak lagi punya waktu yang cukup untuk menekuninya. Semua hobi saya dulu rasanya sudah tidak lagi punya slot dalam kegiatan harian saya.
Karena sekarang sudah tidak lagi punya koleksi, kalau begitu saya mau mengenang koleksi yang pernah saya punya dulu, tepatnya di masa remaja. Di masa remaja, sebagian besar ABG alias anak baru gede biasanya menggandrungi minimal 1 artis atau penyanyi, termasuk saya. Dan sebagai penggemar, pasti ada saja koleksi terkait artis atau penyanyi yang dikumpulkan.
Di masa itu, lagi marak-maraknya boyband barat seperti Backstreet Boys, Nāsync, Westlife, Blue, The Moffatts, Hanson, dan banyak lagi. Seperti remaja pada umumnya, saya juga tentu suka mendengar lagu-lagu mereka. Menunggu tayangan MTV untuk bisa menonton video clip mereka, atau request lagu di radio sudah jadi semacam rutinitas. Dan tentu saja, saya juga punya berbagai koleksi dari artis atau boyband favorit ini.
Koleksi Poster dan Pin-Up
Di awal tahun 2000-an semasa saya remaja, dunia digital belum terlalu berkembang seperti sekarang. Tidak mudah mengakses internet sehingga untuk mendapat informasi atau update tentang artis favorit, saya harus rajin membeli majalah. Di masa itu majalah remaja ada cukup banyak, seperti misalnya Gadis, KawanKu, Aneka Yes, GoGirl, sampai Cosmo Girl. Dulu saya tidak berlangganan, hanya beli secara eceran kalau uang jajan masih ada sisa atau kalau menurut saya ada artikel menarik yang perlu dibaca. Khususnya kalau ada artikel tentang artis favorit saya.
Dulu, salah satu boyband yang paling saya sukai adalah Westlife. Jadi kalau di majalah ada artikel tentang Westlife, atau malah Westlife jadi cover majalah itu, hampir pasti saya akan beli majalahnya. Apalagi, kalau ada bonus poster atau pin-up Westlife, pasti saya beli majalahnya.
Kalau ada yang lupa, poster atau pin-up adalah bagian dari majalah yang dalam satu halamannya full hanya berupa foto tanpa tulisan artikel sama sekali. Bedanya, kalau pin-up ukurannya kecil sesuai ukuran majalah, sementara poster jauh lebih besar karena dilipat beberapa kali.
Saya mengoleksi pin-up dan poster Westlife dari berbagai majalah, sebagian untuk disimpan dalam map khusus untuk dilihat-lihat sambil mendengar lagu mereka, dan ada beberapa yang ditempel di pintu dan dinding kamar. Kadang saya rolling pin-up dan poster yang ditempel di pintu atau dinding, supaya semua koleksi saya punya giliran untuk dipajang. Tujuannya ya supaya saya berasa selalu dekat dengan mereka. Heheā¦
Koleksi Kaset Pita
Dulu belum ada platform untuk mendengarkan musik seperti misalnya Spotify saat ini. Kalau mau mendengarkan lagu dari idola, ya harus punya kaset atau CD dari penyanyinya. Dulu saya tidak punya CD player, hanya punya radio tape saja di kamar. Jadi kalau mau mendengarkan lagu dari idola ya harus beli kasetnya dulu.
Sebagai fans berat Westlife, tentu saya tidak mau ketinggalan punya kaset album Westlife. Saya yg masih SMP saat itu harus menabung uang jajan supaya bisa membeli kaset Westlife. Dan begitu terkumpul uangnya, langsung meluncur pakai angkot ke Aquarius Dago, tempat paling hits di Bandung untuk beli kaset. Setelah itu langsung deh mendekam di kamar menikmati putaran pita kaset, ikut bernyanyi sambil membaca lirik lagu yang tertera di sampul kasetnya.
Saya lupa tepatnya berapa album kaset Westlife yang saya punya. Yang jelas saya punya satu laci penuh berisi kaset dari banyak penyanyi, tapi jumlah album Westlife adalah yang paling banyak dibanding penyanyi lain. Saya berhenti membeli kaset begitu musik digital semakin berkembang, dan saya bisa mendengarkan lagu di manapun -bahkan di angkot- hanya dengan sebuah mp3 player kecil.
Koleksi Artikel: Kliping
Karena rajin membeli majalah remaja yang berisi artikel artis idola saya, tumpukan majalah di kamar saya semakin tinggi. Sampai mama lalu meminta majalah-majalah itu untuk dijual atau diloak saja supaya kamar tetap rapi. Saya rasanya tidak rela menjual majalah-majalah itu, karena kadang saya masih suka membuka-buka majalah itu untuk melihat-lihat foto idola saya. Tapi karena mama terus mendesak, akhirnya saya membuat kliping artis idola saya.
Kliping merupakan kegiatan mengumpulkan potongan-potongan artikel maupun foto dari berbagai media seperti surat kabar atau majalah. Supaya saya tetap bisa membaca artikel dan melihat foto idola saya tapi tidak perlu menumpuk majalah, saya berpikir bahwa kliping bisa menjadi solusi. Akhirnya artikel dan foto-foto idola di majalah saya gunting lalu saya tempel di kertas dengan kadang ditambahkan hiasan supaya semakin lucu dan meriah. Tidak hanya Westlife, saya kadang juga membuat kliping artis idola yang lain seperti misalnya trio Daniel Radcliffe - Rupert Grint - Emma Watson yang dulu juga sangat saya sukai. Sejak mulai membuat kliping, tidak banyak lagi tumpukan majalah di kamar yang bisa membuat mama ngomel.
Penutup
Namun sekarang semua koleksi itu tinggal kenangan, karena semuanya sudah tidak lagi saya simpan. Koleksi pin-up dan poster sudah diturunkan dari dinding. Kumpulan poster dan pin-up yang tidak ditempel di dinding pun sudah diloakkan. Koleksi kliping artis idola pun sama nasibnya. Seiring perkembangan dunia digital saya tidak lagi membeli majalah, karena sekarang update berita idola bisa dicari hanya dengan browsing atau scrolling di media sosial.
Koleksi kaset juga sudah dibuang, meski saat itu saya melepasnya dengan perasaan agak sedih. Alasannya karena kaset-kaset itu punya kenangan tersendiri, selalu bisa menemani masa remaja saya dalam suasana hati apapun. Tapi untuk apa lagi kaset-kaset itu disimpan jika sudah tidak lagi bisa didengarkan. Toh saya juga tidak lagi punya radio tape yang bisa memutar kaset pita tersebut. Jadi satu laci penuh kaset pita saya buang saat pindah rumah. Meski kaset pita penuh kenangan itu sudah tidak ada, tapi tulisan ini bisa menjadi kenangan yang akan bertahan lama.
Wah... Suka kliping ya Teh, ini butuh ketekunan loh.
BalasHapusOlala ... kliping. Anak jaman sekarang tau kliping ga ya? š
BalasHapusTernyata selera kita setipe nih Echa. Seru ya itu pada zamannya.
BalasHapus