Langsung ke konten utama

Cerita Demam Berdarah Alka (part 1)

Cerita ini diposting hanya sebagai pengingat, betapa menegangkannya saat harus menemani anak yang harus dirawat di rumah sakit.

Jadi ini cerita bulan Maret 2020. Tepatnya tanggal 10 Maret 2020. Siang itu, badan Alka tiba-tiba demam, dan demamnya tinggi banget, sampai 39,8 dercel. Karena demamnya tinggi banget, dan  dikasih paracetamol itu hanya turun sedikit dan ga pernah sampai suhu normal, besoknya (Rabu) dibawalah ke dokter Dinna Meinardaniawati, spA di RS Hermina Arcamanik. Tadinya sempat khawatir apa ada infeksi dari hasil sunat tanggal 2 Maret? Tapi pas buka klamp hari Sabtu sebelumnya (7 Maret), perawat yang buka klamp bilang kalau penyembuhan lukanya terlihat bagus. Dan ternyata pas tanya ke dokter Dinna, dokter juga setuju bahwa luka sunatnya dalam kondisi baik, jadi demamnya bukan dari sunat. Diagnosa awal dokter radang tenggorokan, karna katanya tenggorokannya merah banget. Tapi untuk meyakinkan perlu dicek darah. Diagnosa radang itu lalu diperkuat sama hasil tes darah yang nunjukkin leukosit tinggi, yang berarti ada gangguan bakteri. Sempat ada kecurigaan ke demam berdarah juga, tapi karena dari hasil tes darah terlihat leukosit yang tinggi sementara trombosit untuk ukuran demam hari ke-3 jumlahnya bagus (458.000), tes NS1 untuk melihat demam berdarah atau ga nya ga jadi dilakukan.

Maka pulanglah Alka dengan berbekal antibiotik untuk radangnya, dan dibekalin rujukan lab lagi untuk hari Sabtu dilihat kondisi leukositnya sudah baik atau belum. Pulang dari dokter, minum antibiotik, suhu badannya  turun normal tuh ke 37,4. Tapi kok malamnya naik lagi. Bahkan besoknya tinggi lagi demamnya, dan anaknya masih terlihat lemas. Padahal, biasanya ga seperti itu. Alka kan udah beberapa kali radang tenggorokan, dan setiap radang tenggorokan, minum antibiotik 2x pasti udah hilang demamnya, langsung aktif ceria juga. Nah ini kok aneh, malah naik tinggi lagi demamnya.

Akhirnya karena sampai Sabtu (14 Maret) subuh masih demam, pagi-pagi sekali berempat langsung ke Hermina untuk tes lab lagi lalu konsul ke dokter anak. Karena kebetulan dr Dinna lagi cuti, periksa kali ini ke dr Vaya Dasitania, spA. Tapi karena tes lab nya lama (ga dipanggil-panggil padahal udah pagi banget ke RS-nya), jadwal praktek dokternya keburu selesai sebelum hasil lab nya keluar. Jadi kata perawatnya nanti hasil lab akan dikonsultasikan ke dokter lewat telepon. Karena nanggung kalau bolak balik rumah - RS dengan kondisi Alka yang lemas, dan dokter sudah mengisyaratkan kalau hasil lab buruk mungkin perlu dirawat di RS, akhirnya kita nunggu di RS karena hasil lab sebenarnya ga lama lagi keluar. Setelah nunggu ga nyampe 1 jam, hasil lab keluar lalu perawat nelpon dokter untuk minta diagnosis. Ternyata, dokter bilang hasil lab mengarah ke DB karena trombosit turun dan hematokrit naik, jadi sebaiknya dirawat. Lumayan lemas aku dengarnya, karena ini pertama kalinya (dan semoga cukup sekali-kalinya) anak harus dirawat di rumah sakit. Hasil lab yang ini trombosit sudah terjun ke angka 122.000, dan hematokrit 41,2.

Lalu ayahnya Alka ke bagian administrasi deh untuk lihat tersedia kamar rawat anak ga. Aku, Alka, dan Dinand tetap nunggu di ruang tunggu dokter anak, sampai anak-anak (yang belum pada mandi pagi) sempat ketiduran lagi nungguin ayahnya ke bagian admin. Ternyata setelah nunggu lama, kamar rawat di Hermina penuh semua, jadi sambil menunggu barangkali ada kamar rawat yg kosong di Hermina, pihak RS juga meminta kita  untuk coba cari kamar rawat di RS lain, karena menurut dokter sebaiknya sore ini juga Alka sudah harus masuk ruang rawat, kasian kalau ga. Lalu beranjaklah kita coba ke RS terdekat lainnya, Grha Bunda Antapani. Ternyata di sana juga penuh. Pas kita di jalan mau coba ke RS lain, tiba-tiba dapat telepon dari Hermina bahwa sore ini ada kamar kosong. Alhamdulillah jadi ga perlu cari-cari RS lain.


Karena masih ada beberapa jam sampai kamar di Hermina bisa dimasuki, kita berempat pulang ke rumah eyang, karena nanti sore kan pasti Dinand harus dititip ke eyang, ga mungkin ikut nginep di RS. Di rumah eyang Alka masih terlihat sangat lemas, ga mau makan, disuruh minum jus jambu juga cuma mau sedikit. Sorenya, dengan berat hati aku ninggalin Dinand dan bawa Alka ke rumah sakit. Sempat agak lama di ruang tunggu untuk nunggu administrasi rawat inap, akhirnya sekitar magrib Alka bisa masuk ke kamar perawatan. Sebenarnya kita daftar untuk rawat inap di kelas 2, tapi karena kamar kelas 2 penuh, jadi kita dikasih kelas 1 dulu, dan nanti kalau kamar kelas 2 kosong baru pindah. Ya alhamdulillah, malah dapat fasilitas kamar yang lebih bagus. Walaupun lagi dalam cobaan karena Alka harus dirawat, tapi keberuntungan sekecil apapun tetap tidak boleh lupa untuk disyukuri bukan?

Setelah administrasi diurus, kita ke poli anak di lantai 5 untuk mendapat penjelasan dulu dari perawat. Sepanjang perjalanan dari poli anak lantai 5 ke ruang rawat di lantai 3, perawat mencoba mendekatkan diri ke Alka supaya Alka mau ditangani sama perawat untuk diinfus. Sampai kamar rawat, Alka langsung tiduran di kasur lalu perawat menyiapkan alat-alat infusan. Begitu perawat mengambil tangan Alka, dia langsung histeris karena tahu akan disuntik. Aku peluk dia kencang-kencang, ayahnya juga megangin supaya dia ga terlalu meronta, lalu ditusuklah punggung tangannya. Sebenarnya ga terlalu lama perawatnya cari nadi, tapi Alka sepertinya masih trauma sama sunat yang baruuuuu aja sembuh. Makanya aku sungguh patah hati sekali harus lihat anak ini lagi-lagi kesakitan dan ketakutan lihat jarum. “Tolong, ada yang bisa tolongin aku?” “Bun, udah ya bun ya, udah pasangnya?” “Sus, udah kan sus, jangan suntik lagi?” Dengar rintihan itu diulang-ulang selama proses pasang infus, hati aku sakiiittt, pengen nangis juga rasanya. (Duh nulis ini aja masih berasa sakit hatinya L) Setelah infus selesai dipasang, ditinggallah sama perawatnya. Tadi pas pasang infus sekalian diambil darahnya untuk dites lab lagi, karena kalau db harus benar-benar dipantau trombositnya kan. Yang jagain Alka di RS hanya aku, karena ada 1 anak lagi yang juga harus ditemenin di rumah, makanya selesai Alka dipasang infus, ayahnya pulang untuk jagain Dinand. Ga lama Alka pun tidur.

Malamnya, sekitar jam 10 malam datang perawat yang ngasih penjelasan lengkap soal DB. Di sini aku banyak dapat ilmu baru soal DB. Berdasarkan penjelasan perawat, DB itu disebabkan oleh virus, jadi ga ada obatnya. Makanya kenapa sebenarnya ada juga kasus DB bisa dirawat jalan aja, karena kalau kondisinya baik sebenernya ga perlu perawatan khusus, yang penting setiap hari dipantau darahnya. Dan ternyata, aku baru tahu bahwa bukan hanya trombosit yang harus jadi perhatian pada pasien DB, tapi juga hematokrit. Selama ini kan dengarnya dalam kasus-kasus DB yang sering disebut dan ditanyakan itu trombosit, padahal sangat penting juga untuk memantau hematokrit darah. Dan kasus Alka ini, ternyata masalahnya adalah di hematokrit.

Apa itu hematokrit? Jadi, mudahnya, hematokrit adalah kadar kekentalan darah, semakin tinggi angkanya, berarti semakin kental darahnya. Kalau darah kental memang kenapa? Berarti bisa jadi ada kebocoran plasma, yang terjadi akibat pecahnya pembuluh kapiler, dan menyebabkan cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan beredar ke jaringan lain. Cairan plasma yang ”nyasar” ini bisa ke mana-mana, ini cukup bahaya. Kalau yang “nyasar”nya adalah sel darah merah, ini yang menyebabkan muncul bintik/ruam merah pada pasien DB, tapi kalau yang “nyasar” adalah cairan tubuh, cairan yang tidak pada tempatnya itu bisa mengganggu kerja organ lain. Dan yang sering menyebabkan kematian pada DB adalah syok berat akibat kebocoran plasma ini.

Nah di kasusnya Alka, sebenarnya nilai hematokritnya masih di dalam batasan nilai rujukan, tapi, dari 2 kali tes darah (di tanggal 11 dan 14 Maret) ternyata terjadi kenaikan nilai hematokrit yang cukup tinggi, yaitu dari 32,3 ke 41,2. Kadar hematokrit jelas bisa naik-turun, tapi kalaupun naik atau turun, itu ga boleh lebih dari 20%, sementara Alka naiknya lebih dari 30%, ini yang bahaya. Makanya dari pagi pas ke dokter itu semua dokter dan perawat rewel soal banyak minum, ya ini tujuannya, supaya cairan tubuh tercukupi dan hematokrit ga naik terlalu banyak. Dan Alka itu memang termasuk anak yang susah minum, sehari-hari pun minumnya terhitung sedikit. Makanya mungkin terjadi kenaikan hematokrit yang cukup tinggi dalam 3 hari itu karena asupan cairannya kurang padahal tubuhnya yang lagi demam itu membutuhkan cairan yang jelas lebih banyak dari biasanya.

Yang cukup bikin lemas dari penjelasan perawat adalah, sepanjang malam itu mungkin Alka akan beberapa kali perlu dicek darah untuk melihat kondisi hematokritnya. Kalau kondisinya memburuk, maka perlu dipindah dari ruang rawat ke ruang ICU supaya hematokritnya lebih mudah terpantau pakai alat. Duh, dengar begitu langsung lemas rasanya badan ini, langsung ga jadi ngantuk dan rasanya pengen gantiin Alka gitu di kasur rumah sakit itu. Nah karena kondisi Alka begitu, makanya dokter ngasih arahan ke perawat untuk menaikkan dosis infus yang masuk ke badan Alka, jadi satu kantong infus yang harusnya bisa habis dalam 10 jam dipercepat alirannya supaya bisa habis dalam waktu 3 jam, tujuannya ya supaya cairan yang masuk banyak dan hematokritnya turun.

Penjelasan lain dari perawat yang aku baru tahu juga, bahwa dalam DB itu memang akan ada fasenya untuk trombosit turun. Jadi menurut perawat, mau dikasih sebanyak apapun jus jambu atau kurma atau herbal apapun yang katanya bisa menaikkan trombosit, kalau memang masih fase turun trombosit ya tetap akan turun. Cuma memang herbal-herbal itu bisa membantu sedikit menaikkan trombosit, tapi ga bisa menghentikan trombosit turun kalau memang masih fasenya untuk turun. Dan tanpa herbal apapun, kalau memang sudah waktunya trombosit untuk naik ya tetap akan naik. Alka sama dokternya dikasih resep ekstrak jambu biji (psidii), trus mandiri beli juga sari kurma madu angkak.
Setelah memberi penjelasan perawat itu pergi dari kamar. Aku jadi susah mau tidur tenang, karena terlalu khawatir sama “ICU” yang disebut perawat tadi. Cuma di kamar rawat aja rasanya aku tegang, gimana kalo di ICU? Sepanjang malam itu juga tidurnya Alka terganggu sekali karena sedikit-sedikit diperiksa sama perawat, ya ambil darahlah, ya periksa suhulah, ya periksa saturasilah, pokonya jadi kebangun-bangun terus. Apalagi kalau pas mau diambil darah, pasti akan nangis-nangis ketakutan. Benar-benar deh rasanya hati remuk gitu tiap liat jarinya Alka harus ditusuk lagi.

Alhamdulillah, ternyata setelah dikasih infus dengan dosis tinggi itu, hasil lab pas tanggal 15 Maret dini hari itu nunjukkin kondisi hematokrit sudah membaik, turun dari angka 41,2 ke 39,5. Masih belum aman kata perawatnya, tapi sudah membaik jadi ga perlu dipindah ke ICU. Kalau trombositnya masih turun dari 122.000 ke 75.000. kondisi anaknya juga masih lemas, masih marah-marah terus terutama kalau mau ke kamar mandi. Namanya orang sakit kan males ya harus ke kamar mandi sambil geret-geret tiang infus, ditambah kondisi badan jelas ga enak dan lemas, daaannn Alka mah ditambah luka sunat yang sebenernya belum sembuh-sembuh banget. Jadi walaupun klamp udah dibuka, tapi Alka masih agak takut untuk banyak bergerak, penisnya kesentuh dikit aja langsung ngaduh. Trus ditambah sejak malam itu Alka agak diare juga. Kata dokternya sih bisa jadi diarenya itu adalah manifestasi dari si DB itu. Diare kan bikin bolak-balik kamar mandi ya, makanya kasian deh ribet banget Alka kalau mau ke kamar mandi, kepayahan banget cuma mau ke kamar mandi aja. Makanya akunya pun jadi harus ekstra sabar karna anaknya rewel banget. 

...to be continued...

Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah