Langsung ke konten utama

Hari-Hari Ibu Rumah Tangga ala Bunda Echa

Rutinitas harian saya sebagai ibu rumah tangga sepertinya "gitu-gitu aja", kurang seru untuk dibahas. Karena ya apa saja sih yang dilakukan full time IRT seperti saya, paling kan hanya berputar masuk satu ruang ke ruang lain, berteman dengan sapu, pel, mesin cuci, kompor, dan aneka alat rumah tangga lainnya. Kelihatannya nggak seru kan? Tapi yaaa, demi ikut Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog, boleh deh sekali-sekali saya cerita soal rutinitas harian saya sebagai IRT di rumah mungil tercinta saya. Hehe.. 


Sejak memiliki anak, saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga saja, tanpa bekerja baik kantoran maupun menjadi freelancer. Sempat berjualan baju online, tapi tidak berlanjut karena saya kehilangan fokus setelah melahirkan anak kedua. Terlebih ketika saya pindah ke rumah sendiri, tidak lagi tinggal bersama orang tua, saya semakin sulit mengatur waktu untuk berjualan online. Akhirnya sampai sekarang, sampai anak ketiga saya berusia 1 tahun lebih, saya fokus menjadi ibu rumah tangga yang mengurus rumah, suami, dan 3 anak, tanpa bantuan ART. 


Dunia saya saat ini memang selalu berputar di sekitar anak-anak saya. Rasanya saya nyaris tidak pernah berpisah dengan anak-anak saya lebih dari 2 jam. Kalaupun tidak semuanya, minimal ada 1 anak yang saya bawa kalau perlu pergi selama 2 jam atau lebih. Justru kadang terasa aneh kalau saya pergi tanpa membawa "buntut", rasanya seperti ada yang hilang. Hehe.. 



Rutinitas Sebelum Anak-Anak Bangun


Dalam rutinitas saya dalam rumah tangga, ada beberapa pekerjaan yang sulit untuk saya lakukan ketika anak-anak bangun, khususnya anak yang bayi. Misalnya saja menyetrika. Berbahaya sekali menyetrika dengan anak usia 1 tahun berkeliaran di sekitar saya, salah sedikit kulitnya bisa terkena setrika panas kan. Mencuci baju pun agak sulit kalau anak bungsu saya bangun, karena dia selalu berusaha nyemplung ke ember cucian. Hahaha… Karena itulah kedua pekerjaan itu selalu saya lakukan ketika anak-anak sudah tidur atau belum bangun.


Kadang saya tidur jauh lebih larut daripada anak-anak untuk menyelesaikan setrikaan. Tapi kalau saya terlalu ngantuk, biasanya saya tidur bersamaan dengan waktu tidur anak-anak tapi bangun sekitar pukul 2.00 atau 3.00 dini hari untuk menyetrika. Kakak dan adik saya sering bingung kenapa saya masih memaksakan diri menyetrika di tengah malam sementara mereka lebih memilih menyerahkan setrikaan ke laundry. Buat saya menyetrika adalah me time, karena saya selalu menyetrika sambil menonton drakor atau mendengarkan musik. Hehe.. Tapi pekerjaan ini tidak saya lakukan tiap hari, mungkin hanya sekitar 2-3 kali seminggu tergantung jumlah tumpukan baju di keranjang. 


Pemandangan dini hari saya: tumpukan baju dan anak-anak tidur


Setelah sholat subuh dan membaca Al-Qur'an, biasanya saya langsung mencuci baju untuk menghindari anak bayi masuk ember cucian. Sambil menunggu mesin cuci bekerja, saya beralih ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kebiasaan di rumah saya, kami sarapan dengan menu sederhana yang cepat dibuat seperti nasi goreng, telur ceplok, tempe-tahu goreng, roti panggang, dan sebagainya. Nanti menjelang siang baru saya akan memasak menu lengkap untuk makan siang dan makan malam. Kalau sempat, di pagi hari sambil menyiapkan sarapan saya sekaligus food prep untuk masak siangnya, misalnya memotong bahan ataupun menghaluskan bumbu, jadi saat menjelang siang tinggal masuk ke panci/teflon.


Skill Terbaru: Bekerja Satu Tangan


Jam bangun anak-anak kadang tidak menentu, berkisar antara jam 6 sampai jam 8, jadi sebelum mereka bangun saya maksimalkan untuk sebanyak mungkin mengerjakan urusan laundry dan dapur. Kalau anak-anak sudah bangun, terutama kalau anak ketiga yang bangun, sudah repot mengerjakan urusan laundry dan dapur. Bayi satu ini sedang masanya apa-apa harus sama bunda, kadang meski ada ayahnya pun yang dicari tetap bunda. Untungnya 2 anak lainnya sudah lebih mandiri, tidak lagi harus banyak dibantu bunda.


Parahnya, anak ketiga saya ini saking harus nempel sama bunda, maunya digendong terus. Kalau nggak dituruti, akan nangis meraung-raung di kaki saya. Kalau sudah begitu ya mau tidak mau saya harus bekerja dengan satu tangan, karena tangan kiri dipakai menggendong bayi. Menjemur baju dengan satu tangan, mencuci piring dengan satu tangan, memasak pun dengan satu tangan. Lama-lama saya jadi terbiasa, walau tentu repot dan pekerjaan jadi lebih lambat selesainya. Kenapa nggak dibiarkan saja nangis, kan nanti juga berhenti sendiri? Oh tidak, dia kuat sekali nangis lama, selama belum digendong dia akan terus meraung-raung. Dan karena rumah saya mungil dan berdempet-dempet dengan tetangga, jadi saya khawatir akan digerebek tetangga, takut disangka lagi nyiksa anak. Hehe.. 


Anak ketiga saya tidur siangnya juga tidak menentu, kadang jam 10 dia sudah tidur siang, tapi kalau keasyikan bermain bisa baru tidur siang jam 12. Makanya kalau dia tidur jam 10, saya langsung bergerak cepat menyelesaikan memasak makan siang supaya tidak harus memasak dengan satu tangan. Sementara 2 kakaknya yang berusia 7 dan 4 tahun sudah tidak banyak harus bersama saya, kalau sedang tidak sekolah mereka bisa anteng saja bermain berdua.


Biasanya saya baru bisa duduk santai di siang hari setelah selesai memasak. Sambil menyuapi anak-anak atau sambil mengawasi mereka bermain kadang saya bisa sambil scrolling IG atau membaca obrolan grup WA supaya tetap update tentang informasi dunia luar. Maklum saja, IRT ini jarang sekali keluar rumah, jadi sumber informasi tentang dunia ya tahunya dari IG atau grup WA. Hehe.. 



Pekerjaan Yang Tidak Pernah Selesai


Ada satu pekerjaan rumah yang menurut saya tidak pernah selesai meski saya terus mengerjakannya. Apa itu? Membersihkan lantai. Dengan 3 anak yang sedang aktif-aktifnya, lantai rumah saya rasanya tidak pernah "bersih", baik bersih dari kotoran maupun mainan. Ketika sarapan ada saja nasi atau remahan yang berceceran. Selesai sarapan dan saya sudah membereskan ceceran nasi, anak-anak mulai "menumpahkan" mainan. Baru sekejap mainan dibereskan, ganti buku dan pensil warna yang bertebaran. Belum lagi ulah anak bungsu yang sedang masanya explore dengan cara menumpahkan segala macam. Lantai hanya bisa bersih di malam hari setelah anak-anak tidur. Itupun kalau saya atau suami masih punya energi untuk beres-beres. Hahaha.. 


Si gadis bungsu yang kalau ditinggal sebentar bisa menumpahkan apa saja, contohnya menumpahkan toples biskuit saat ditinggal cuci piring



Mencari Ilmu Agama


Karena menurut saya ilmu agama sangat penting, jadi pengajian masuk ke dalam rutinitas keluarga saya. Anak saya yang paling besar sudah mengikuti pengajian anak-anak di masjid setiap sore, sementara adiknya yang berusia 4 tahun belum saya ikutkan pengajian ke masjid tapi mengaji dengan saya di rumah. Jadi saat kakaknya ke masjid, saya dan anak kedua belajar membaca iqro dan belajar menghafalkan doa harian dan surat-surat pendek.


Tidak hanya anak-anak, saya dan suami pun rutin menghadiri pengajian ke masjid di malam hari 3 kali seminggu. Sebenarnya kalau malam yang mengaji hanya saya dan suami, tapi karena kami tidak bisa meninggalkan anak-anak kami di rumah hanya bertiga saja, jadi ya anak-anak juga ikut ke masjid. Tapi mereka kami biarkan bermain di halaman masjid. Kami juga ingin anak-anak terbiasa dengan suasana masjid, termasuk shalat berjamaah di masjid. Karena itulah kami sering membawa anak-anak ke masjid, supaya muncul kecintaan mereka kepada rumah Allah. 


Mengejar ilmu agama sekaligus membiasakan anak-anak dengan masjid 


Aktivitas Rutin Paling Menantang


Di antara sekian aktivitas rutin saya sepanjang hari, aktivitas yang paling menantang sekaligus melelahkan adalah saat harus menjadi "wasit" dalam pertengkaran anak-anak. Bahkan anak bungsu yang baru berusia 1 tahun pun sudah mulai bisa bertengkar dengan kakak-kakaknya. Perdebatan antara anak pertama dan kedua sudah menjadi rutinitas mereka, tiada hari tanpa berdebat. Bahkan pertengkaran fisik pun kadang terjadi, termasuk anak bungsu yang saat kesal kadang malah menjambak rambut kakaknya. Duuhh.. 


Kalau hanya berdebat, saya biasanya tidak ikut campur, saya biarkan mereka menyelesaikan sendiri permasalahannya. Kadang perdebatan bisa selesai dengan damai namun kadang tidak, sehingga ketika salah satu mengadu baru saya ikut urun pendapat. Sementara kalau sudah sampai ada yang menangis apalagi sampai melibatkan fisik, saya pasti akan langsung melerai dan mendamaikan anak-anak.


Kalau ini menjadi rutinitas, capek loh mah. Bukan hanya capek fisik tapi juga hati, karena mendengar rengekan atau tangisan anak-anak yang berulang itu sering bikin kesal. Iya kan maahh? Apalagi seringnya alasan mereka bertengkar itu kan buat kita sepele (walau untuk mereka mungkin jadi masalah hidup mati. Hehe… )  Jadi ya memang butuh energi dan kesabaran ekstra untuk menahan kesal supaya kita nggak ikut-ikutan bertengkar dengan mereka. 



Penutup


Apa rutinitas saya yang itu-itu saja terdengar membosankan? Saya yang menjalaninya kadang bosan juga sih. Hehe.. Meski membosankan, tapi kalau dipikir-pikir sebenarnya kegiatan harian saya sebenarnya sangat fleksibel. To do list-nya mungkin sama setiap hari, tapi kapan setiap pekerjaan itu diselesaikan sangat bergantung pada kondisi anak-anak. Misalnya saja baju yang dicuci sejak subuh baru dijemur jam 2 siang, atau bahan masakan yang sudah dipotong-potong masuk kembali ke kulkas untuk diolah besok karena tidak sempat memasak dan memilih order makanan online saja. Atau bahkan jadwal makan siang saya yang mundur sampai jam 4 sore. Pokoknya jadwal saya benar-benar bergantung kondisi ketiga anak saya deh.


Meski kadang bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja, dan lelah dengan "kekacauan" yang dibuat anak-anak setiap harinya, tapi sebenarnya 24 jam bersama anak-anak itu seru, ada saja kelakuan maupun celetukan anak-anak yang lucu karena kepolosan mereka. Dan mengamati perkembangan mereka dari hari ke hari bagi saya cukup priceless. Mungkin kalau anak-anak semakin besar saya akan mencari kesibukan lain yang menghasilkan, tapi untuk sekarang ini saya masih menikmati repotnya mengasuh, merawat, mendidik, dan membangun kedekatan dengan mereka. 


Komentar

  1. Bunda Echa makin lama makin mahir ya, bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan satu tangan saja? Hebat. Njemur pakaian, masak, bisa lah pakai 1 tangan. Nyuci piring? Nggak kebayang. Tapi keriweuhan di keseharian ini akan jadi kenangan indah kebersamaan anak-anak bersama bundanya. Tabarakallah...

    BalasHapus
  2. Ibu rumah tangga memang bukan pengangguran!
    Insya Allah bakal makin kerasa hikmahnya memilih untuk berkonsentrasi mendampingi anak-anak saat mereka makin besar teh... 🤗😘

    BalasHapus
  3. Iya Teh. Kalau diingat-ingat dulu saya ngapain ya dengan 2 anak, waktu mereka masih balita? Sesudah lewat balita, mereka sekolah, ada masalah baru. Remaja, masalah baru. Dewasa, masalah baru. Dinikmati saja keseruan dan berantem-berantemnya...haha...

    BalasHapus
  4. Teh Echa, semoga dimudahkan segala urusan Teh Echa dan keluarga, enjoy the process. Dulu Mama saya selalu bilang, masa kecil anak itu ga akan terulang, sebentar aja tiba-tiba udah gede, dan bener banget itu, sekarang suka kangen waktu anak masih bayi hehe. Semangat ya Teh Echa

    BalasHapus
  5. Teh Echa, i feel youuu! Ya ampun jadi wasit tiap saat itu sesuatuuuu ya, apa aja ada aja yg diberantemin haha.. ceunah mah kl byk berantemnya nnti pas gede bisa akrab, kita aamiinkan saja prediksi itu hihihi

    BalasHapus
  6. Ehehehe super padat ya Mamah Echa kesehariannya. Tiga anak, masiy kecil-kecil, semua bisa ditangani tanpa IRT. Salut. Dan masiy sempat memasak menu lengkap saat siang. Masya Allah.

    Jadi inget, dulu saat anak saya masiy kecil, padahal anak 1 ya, kayak susah nyari waktu buat memasak ahahaha, plus karena malas juga sepertinya wkwkwk.

    Profesi Ibu Rumah Tangga adalah pekerjaan yang tidak pernah selesai indeed. Semoga sehat walafiat selalu Teh Echa :)

    BalasHapus
  7. Baca tulisan Teh Echa ini langsung terhibur deh. Aku nggak sendirian menjalani seribu rutinitas yang bolak balik tanpa henti. Semangat teh, hebat banget ngurus 3 anak sendirian. Salut!

    BalasHapus
  8. Jadi Mamah memang nggak ada istirahatnya ya...24 Jam selalu ada urusannya. Kalau nggak anak-anak, kerjaan rumah, target pribadi, dan sebagainya. Kalau saya sampai kadang mimpi juga nyelesein urusan. Hehe. Semoga selalu sehat ya Teh Echa dan keluarga. InsyaAllah perjuangan Mamah akan jadi kenangan indah di masa kini dan mendatang. Aminnn...

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah