Belanja itu sering diidentikkan dengan perempuan. Konon katanya setiap perempuan itu pasti tukang belanja. Kalau bosan, belanja. Kalau bete, belanja. Kalau sedih, belanja. Kalau marah, belanja. Kalau senang, belanja juga. Apa iya? Pastinya sih tidak semua seperti itu ya. Mungkin memang ada sebagian orang yang menjadikan belanja sebagai hobi yang dilakukan sering dan terus menerus setiap ada kesempatan dan waktu luang. Hanya saja tidak semua perempuan seperti itu, seperti saya misalnya. Saya menjadikan belanja hanya sebagai kebutuhan dan bukan hobi. Saya rutin berbelanja hanya karena peran saya sebagai seorang ibu rumah tangga. Sudah menjadi tugas saya untuk membeli segala kebutuhan rumah tangga baik kebutuhan rumah, kebutuhan anak-anak, hingga kebutuhan suami. Berbelanja memang sudah menjadi rutinitas saya, tapi saya tidak menjadikan belanja sebagai hobi. Walaupun tidak dipungkiri kalau memang ada perasaan senang ketika berbelanja, tapi saya tetap tidak menjadikan belanja sebagai sebuah hobi.
Kemudahan Berbelanja Saat Ini
Di zaman sekarang ini dengan teknologi yang semakin maju, berbelanja bisa sangat mudah dilakukan. Kalau dulu orang harus pergi ke supermarket untuk berbelanja, sekarang kita bisa hanya diam di rumah tapi tetap memenuhi kebutuhan untuk berbelanja, yaitu dengan belanja online. Tidak hanya proses berbelanjanya yang dipermudah tapi proses pembayarannya pun semakin dipermudah. Jika dulu kita harus membayar dengan uang tunai, sekarang kita dengan mudahnya tinggal transfer atau bahkan cukup memakai QR code.
Bahkan belanja tidak lagi hanya bisa dilakukan saat kita sedang memegang uang. Seseorang yang sedang tidak memiliki uang yang cukup pun sekarang dipermudah untuk berbelanja dengan adanya fitur-fitur paylater. Tidak hanya fitur paylater, tapi pinjaman online juga semakin merajalela sehingga semakin memudahkan orang-orang yang sebenarnya belum memiliki uang yang cukup untuk berbelanja.
Fitur paylater ini di satu sisi sangat memudahkan dalam berbelanja, tapi di sisi lain juga bisa berbahaya bagi orang-orang yang kurang bijaksana dalam menggunakannya. Pinjaman online pun demikian. Apalagi proses untuk mendapatkan pinjaman online itu juga sangat mudah, jauh lebih mudah daripada proses mengajukan pinjaman ke bank. Jadi orang-orang yang belum memiliki uang yang cukup bisa mudah mendapatkan pinjaman untuk berbelanja, baik untuk kebutuhan maupun sekedar keinginannya saja.
Belanjalah Sesuai Kebutuhan
Yang perlu diberi garis bawahi di sini adalah banyak orang yang belum bisa membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Padahal kedua hal tersebut adalah hal yang tidak bisa disamakan. Orang-orang yang kurang bijaksana pada akhirnya mencari pinjaman online atau menggunakan fitur paylater untuk memenuhi keinginannya, padahal keinginan tersebut sebenarnya tidak krusial.
Membedakan kebutuhan dan keinginan sebenarnya merupakan ilmu yang tidak kita dapatkan di sekolah ataupun di pendidikan lainnya. Ilmu ini hanya bisa didapatkan dengan berlatih dan berlatih. Menahan keinginan memang tidak mudah, tapi kalau tidak dipaksa untuk menahan keinginan, kita tidak akan pernah biasa dan bisa untuk membedakan keinginan dan kebutuhan.
Kadang beda antara kebutuhan dan keinginan memang tipis. Misalnya saja, saat ini handphone sudah menjadi barang yang cukup penting dan dibutuhkan, untuk berkomunikasi bahkan untuk bekerja. Tapi yang perlu diteliti lagi adalah handphone seperti apa yang memang dibutuhkan. Kalau kebutuhan bisa dipenuhi dengan android seharga 3-4 juta, apakah memang perlu membeli iPhone terbaru seharga 17 juta? Kalau uangnya memang ada ya silakan, tapi kalau tidak ada apa harus sampai berhutang demi gengsi? Di sinilah kita perlu menahan diri dan membedakan keinginan dengan kebutuhan.
Contoh lain, kadang kita tergiur dengan harga diskon padahal barangnya sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan. Tapi barang itu tetap kita beli dengan alasan "mumpung diskon". Atau kadang kita suka ingin memberikan diri kita sendiri self reward. Self reward itu sebenarnya perlu sebagai apresiasi terhadap pencapaian dan bentuk cinta kita kepada diri sendiri. Namun, yang namanya self reward itu hanya diberikan sesekali saja dan pada momen tertentu. Kalau terlalu sering atau bahkan setiap hari memberikan self reward itu namanya sudah berlebihan. Sebaiknya jangan menjadikan self reward sebagai "tameng" untuk meluluskan keinginan kita ya, karena kalau mengikuti keinginan, manusia itu biasanya tidak ada puasnya.
Kebutuhan dan keinginan sebetulnya dua hal yang sangat berbeda
Sumber gambar: https://www.kompasiana.com/zulianawafila/5a5aa96616835f66f85b4b13/membedakan-antara-kebutuhan-dan-keinginan
Belanjalah Sesuai Kemampuan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saat ini banyak tersedia fitur paylater maupun pinjaman online untuk memfasilitasi orang-orang yang belum memiliki uang yang cukup untuk berbelanja. Sebenarnya saya cukup resah dengan banyaknya dan mudahnya kita saat ini mendapatkan akses paylater atau pinjaman online, karena itu dapat membuat kebiasaan belanja yang kurang sehat. Karena merasa bisa dibayar nanti, jadi banyak yang belanja ini itu secara berlebihan tanpa membedakan kebutuhan dan keinginan.
Saya pernah mendengar berita tentang orang yang sampai bunuh diri karena kesulitan membayar hutang pinjaman online. Banyak orang yang kurang ilmu yang merasa bahwa pinjaman online itu mudah sehingga tertarik untuk mencobanya, padahal pinjaman online itu mengandung bunga yang sangat besar. Akibat kurangnya ilmu itu pada akhirnya mereka kesulitan untuk membayar akibat sebelumnya tidak mempertimbangkan bunga yang besar. Apalagi metode penagihan pinjaman online ini cukup "jahat" karena tidak hanya menghubungi orang yang berhutang tapi juga teman-teman yang bahkan tidak kenal dekat dengannya, sehingga akhirnya membuat malu.
Oleh karena itu selain harus membedakan kebutuhan dengan keinginan, kita juga perlu belajar untuk mengukur kemampuan diri. Fitur paylater maupun pinjaman awww memang bisa digunakan dalam keadaan darurat saat seseorang tidak memiliki uang yang cukup. Tapi harus tetap diingat bahwa itu adalah hutang, bahkan kadang ada bunga yang juga harus ditambahkan sehingga pembayaran hutang menjadi lebih besar. Kita harus bisa menghitung apakah pendapatan kita di hari-hari esok bisa digunakan untuk membayar hutang tersebut. Tentu tanpa melupakan bahwa pendapatan esok tersebut akan digunakan pula untuk kebutuhan harian. Apakah pendapatan itu cukup untuk biaya sehari-hari sekaligus membayar hutang? Jangan sampai hutang dibayar dengan berhutang lagi ke tempat lain, atau istilahnya hanya "gali lubang tutup lubang". Kalau seperti itu, hutang tidak akan pernah ada habisnya.
Paling baik memang sebenarnya jangan sampai berhutang, karena dengan berhutang artinya kondisi keuangan kita sebenarnya belum mampu. Namun memang untuk kebutuhan primer (yaitu sandang-pangan-papan) pun kadang kita perlu berhutang untuk memenuhinya. Meskipun begitu, mengukur kemampuan tetap wajib dilakukan sebelum memutuskan untuk berhutang, baik itu hutang ke bank, orang lain, atau bahkan pinjaman online atau penggunaan fitur paylater. Harus dipastikan dahulu bahwa pendapatan yang akan didapatkan di hari-hari esok memang mampu menutupi kebutuhan harian dan hutang yang harus dibayar.
Penutup
Sebagai perempuan khususunya ibu rumah tangga, kita harus bijak dalam berbelanja. Ibu rumah tangga merupakan manajer keuangan di rumahnya, yang memang tugasnya mengatur cashflow rumah tangga. Jadi sebisa mungkin mengatur jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Caranya ya dengan menyusun daftar belanjaan sesuai prioritas, yang dibeli hanya yang memang betul-betul dibutuhkan. Dan barang-barang yang dibelanjakan juga harus yang sesuai dengan kemampuan rumah tangganya. Kalau memang ada uang lebih setelah semua kebutuhan terpenuhi, barulah boleh berbelanja sesuai keinginan. Tapi jangan lupa tetap sisihkan untuk tabungan yaaā¦
Setuju sekali Mamah Echa, sebagai IRT wajib untuk bijak dalam berbelanja, menyusun daftar sesuai prioritas dan membeli yang dibutuhkan. Kesampingkan keinginan dulu. Ehehe.
BalasHapus***
Saya kadang tergiur dengan Paylater, karena suka ada promo khususnya ehehe. Lumayan banget, Mah Echa ehehehe. Tapi ya, akhirnya hanya ngiler aja, gak saya eksekusi.