Langsung ke konten utama

Pengalaman Mengenalkan Bulan Ramadhan Pada Anak Pertama

Ibadah puasa merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim. Mungkin ada banyak yang menganggap bahwa ibadah ini adalah ibadah yang tidak mudah. Buktinya, masih ada saja muslim yang sudah dewasa tapi masih "belum kuat" untuk berpuasa selama sebulan penuh. Saya masih suka melihat dan mendengar ada orang Islam yang sudah dewasa namun belum bisa berpuasa dengan benar. Entah mudah tergoda untuk berbuka puasa di tengah hari atau bahkan sejak awal hari tidak berniat puasa. 


Puasa memang merupakan ibadah yang tidak mudah, karena harus melawan diri sendiri. Untuk mengatasi rasa lapar dan haus saja sudah cukup sulit. Dimulai dari melawan kantuk untuk bangun sahur, melawan rasa lapar dan haus selama siang hari, melawan godaan dari orang lain yang makan atau minum karena tidak berpuasa. Belum lagi untuk melawan hawa nafsu lainnya seperti menahan marah. Karena itu, puasa memang perlu dilatih sampai bisa dan terbiasa. 


Anak kecil memang sebenarnya belum diwajibkan berpuasa. Tapi jika tidak dilatih sejak kecil, tentu akan kesulitan untuk menjalankan ibadah puasa ketika nanti sudah dewasa dan wajib untuk berpuasa. Mungkin orang-orang dewasa yang kesulitan berpuasa seperti yang saya sebutkan sebelumnya tidak dibiasakan sejak kecil sehingga ketika sudah dewasa tidak mampu menjalankan puasa dengan benar. Karena itu penting untuk melatih dan membiasakan anak-anak dengan puasa. 


Sebenarnya tidak ada aturan atau ketentuan di usia berapa sebaiknya anak-anak mulai diajarkan berpuasa, karena kesiapan dan kemampuan setiap anak tentu berbeda. Jika belum mampu berpuasa, bisa juga diperkenalkan lebih dulu kepada suasana bulan puasa sehingga sejak kecil anak senang dan suka dengan suasana di bulan puasa Ramadhan.


Yang juga penting saat akan mengajarkan puasa adalah jangan sampai ada pemaksaan. Karena jika dipaksa, anak tidak akan senang menjalaninya. Padahal puasa itu ibadah yang akan dijalani selama sebulan penuh setiap tahun. Kalau sejak kecil sudah merasa terpaksa dan tidak enjoy saat menjalaninya, makin dewasa bisa makin repot kan? Jadi buat supaya bulan Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh anak meski ada ibadah yang tidak mudah yang harus dijalaninya. 



Tak Kenal Maka Tak Sayang


Anak pertama saya sejak usia 4 tahun sudah saya kenalkan kepada bulan Ramadhan. Di usia 4 tahun saya mulai memperkenalkan padanya tentang bulan Ramadhan. Saya menjelaskan tentang apa itu bulan Ramadhan, apa itu puasa, apa itu sholat tarawih, dan sebagainya. Saat itu belum pandemi, jadi saya dan suami sering mengajaknya ke masjid juga untuk sholat tarawih. Tapi saat itu saya belum mengajaknya untuk berpuasa. Menurut saya biarlah dia berkenalan dulu dengan bulan Ramadhan sebelum memulai melaksanakan ibadahnya. 


Saya juga mencoba membangun suasana Ramadhan yang menyenangkan. Kebetulan saya dan suami jarang sekali berbuka puasa bersama teman di luar rumah, jadi hampir sebulan kami selalu berbuka puasa bersama. Sesekali berbuka puasa di luar pun kami selalu bersama, kadang malah bersama keluarga besar. Dan suasana kebersamaan yang menyenangkan saat berbukalah yang saya bangun supaya selalu diingat oleh anak-anak. Harapannya, suasana kumpul keluarga untuk berbuka bersama itu akan menjadi momen yang mereka tunggu setiap tahunnya. 


Selama bulan Ramadhan itu, beberapa kali anak saya ikut terbangun ketika saya dan suami bangun sahur. Saya memang sengaja tidak membangunkan dia apalagi memaksanya untuk bangun. Tapi kalau dia ikut terbangun dengan sendirinya, saya biarkan dia ikut menikmati suasana saat makan sahur. Saya juga tidak memintanya untuk ikut makan sahur, karena toh dia memang belum ikut berpuasa, jadi saya biarkan dia hanya ikut bangun dan ikut menikmati kebersamaan saat sahur. 



Dimulai Dari Puasa Setengah Hari


Di bulan Ramadhan tahun berikutnya ketika anak pertama saya berusia 5 tahun, saya mulai mengajaknya untuk berpuasa, tapi tentu masih tanpa paksaan. Ketika ditanya apakah mau mencoba puasa dan anak saya menjawab mau, saya mendukung dan mendorong dia untuk berpuasa. Awalnya saya mencoba membangunkannya saat sahur dini hari, tapi sepertinya matanya masih sulit sekali diajak kerja sama, jadi saya tidak memaksanya bangun. Tapi ketika dia bangun di pagi hari langsung saya tawarkan untuk "sahur" - di waktu sarapan. Setelah selesai "sahur" saya ingatkan dia bahwa saat itu dia sudah mulai berpuasa, sekuatnya.


Di awal-awal Ramadhan dia sering sekali lupa kalau sedang berpuasa dan lalu mengambil minum atau camilan. Ya nggak masalah namanya juga baru pertama kali puasa, jadi tinggal diingatkan saja. Di hari-hari awal dia hanya kuat puasa sampai siang, jadi ketika sudah siang dan masuk waktunya makan siang, dia minta makan. Saya turuti saja karena memang masih belajar, tapi sambil terus didorong supaya bisa kuat untuk puasa lebih lama lagi. Tentu hanya diberi penjelasan saja ya, bukan dengan paksaan. 


Ternyata di beberapa hari terakhir Ramadhan, dia minta dibangunkan saat sahur dan dia mau mencoba untuk puasa sampai magrib. Alhamdulillah, sepertinya dia termotivasi oleh saudara sepupunya yang berbeda usia hampir 1 tahun dan sudah bisa puasa sampai magrib. Dan setelah dicoba ternyata dia kuat puasa sejak subuh sampai magrib! Tapi tetap saya perhatikan kondisinya, jika terlihat terlalu lemas atau hampir dehidrasi, saya tawarkan untuk berbuka. Hebatnya, walau ditawarkan dia tetap tidak mau berbuka di tengah hari dan mau menunggu sampai magrib. Walaupun memang menjelang magrib dia biasanya hanya diam nyaris tak bergerak, mungkin benar-benar kehabisan energi. Hehe.. 



Belajar Shalat Tarawih


Meskipun anak saya belum mau berpuasa penuh sampai magrib sejak awal Ramadhan, tapi dia malah lebih tertarik untuk shalat tarawih. Walaupun tidak setiap hari dan tidak selalu penuh ikut shalat 11 rakaat, tapi ketertarikannya pada tarawih saja sudah cukup membuat saya senang. Karena saat itu baru mulai pandemi covid-19 dan shalat tarawih berjamaah di masjid termasuk kegiatan yang dibatasi, jadi kami hanya shalat tarawih di rumah. Anak pertama saya rajin minta ikut setiap tahu ayahnya akan shalat tarawih. Kadang setelah sholat isya dan tarawih 4 rakaat dia mengaku capek lalu memilih tidak melanjutkan sholat tarawih. Nggak masalah, namanya juga masih belajar. Tapi sering juga dia semangat mengikuti sholat tarawih sampai selesai. 


Satu manfaat tambahan yang saya lihat muncul dari seringnya anak saya ikut tarawih adalah anak saya jadi lebih mudah menghafalkan surat-surat pendek. Hal ini karena surat-surat pendek tersebut terus dia dengar berulang-ulang setiap harinya. Karena sholat dengan anak kecil, suami saya hanya memilih surat-surat yang pendek yang ada di akhir juz amma, sehingga jumlahnya tidak banyak yang diulang-ulang. Ternyata, dengan seringnya anak saya mendengar surat-surat tersebut diulang setiap sholat, dia jadi lebih hafal surat-surat tersebut. Bahkan surat yang sebelumnya belum pernah saya ajarkan, bisa dia baca walau hanya sepotong ayatnya. Dengan begitu, lebih mudah bagi saya untuk mengajarkan surat-surat baru.


Mulai Puasa Penuh


Di usianya yang ke-6, anak pertama saya sudah mau dan bisa ikut bangun sahur. Jadi sahurnya tidak lagi di waktu sarapan seperti tahun sebelumnya, melainkan sudah di waktu sahur yang sebenarnya. Hanya saja masih saya beri kelonggaran waktu untuk menyelesaikan makannya meski sudah masuk waktu adzan. Jadi misal makannya belum selesai meskipun adzan sudah berkumandang, saya tetap biarkan anak makan. Tapi tetap saya beri pengertian bahwa seharusnya tidak boleh seperti itu. Puasanya juga sudah dilakukan sehari penuh hingga maghrib. Hanya saja sempat anak saya sakit selama 2 hari, jadi saya bolehkan batal 2 hari karena harus minum obat supaya cepat sembuh.


Trik yang saya pilih agar anak semangat bangun sahur adalah membolehkan anak bermain handphone sebentar. Biasanya saya hanya membolehkan anak main HP pada hari sabtu dan minggu, tapi khusus bulan Ramadhan saya membolehkan anak saya memainkannya setiap hari di waktu sahur. Tapi hanya pada waktu sahur saja. Ketika sudah selesai makan sahur, HP diserahkan kembali kepada saya. Alhamdulillah dengan cara itu anak saya lebih semangat untuk bangun sahur. Boleh kan ya pakai cara seperti itu, kan anak-anak yang sedang belajar puasa perlu dimotivasi dengan hal yang dia senangi.


Menjelang siang hari seringnya anak mulai rewel, mulai banyak mengeluh, dan sering cari gara-gara yang memancing emosi kita. Hehe.. Salah satu trik untuk mengurangi kerewelan anak-anak dari saya adalah suruh anak untuk tidur siang. Walaupun anak saya termasuk jarang tidur siang, tapi tetap saya usahakan untuk tidur siang selama bulan Ramadhan. Selain untuk mengurangi waktu rewel karena lapar dan haus, juga supaya anak pertama saya tidak melihat adik-adiknya makan siang. Karena kalau melihat adiknya makan, anak pertama saya pasti akan mengeluarkan rengekan meskipun sedikit. Jadi daripada mendengar anak terus mengeluh, lebih baik disuruh tidur siang saja.


Ramadhan Tahun Ini


Di Ramadhan tahun ini ketika usia anak pertama saya sudah memasuki 7 tahun, ibadah yang dilakukannya lebih ketat dibanding tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya waktu sahur masih tidak dibatasi adzan, tahun ini saya batasi saat adzan harus sudah berhenti makan dan minum. Jadi puasa benar-benar dilakukan sesuai aturannya. Trik sahur dan menghadapi lapar siang hari yang saya terapkan sebelumnya masih saya terapkan, dan alhamdulillah walaupun pernah beberapa kali "korslet" alias marah dan menangis entah karena lapar atau apa, tapi tahun ini anak pertama berhasil menjalankan puasa penuh 1 bulan. Alhamdulillah, MasyaAllah.. 


Di usianya yang 7 tahun ini juga anak pertama sudah saya wajibkan untuk sholat 5 waktu, sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Sholat 5 waktu wajib dilaksanakan, sementara sholat tarawih tidak saya wajibkan namun selalu saya ingatkan. Selama sebulan, hanya 2 kali anak saya tidak sholat tarawih, karena terlalu lelah bermain dengan saudaranya sampai ketika diajak tarawih mengaku sudah terlalu lelah dan mengantuk. Ini pun perlu saya syukuri karena sudah menjadi prestasi sendiri bagi anak saya dapat merutinkan sholat tarawih. 


Suasana di rumah juga saya buat berbeda dari biasanya, yaitu dengan memperbanyak porsi ibadah. Jika biasanya saya membaca Al-Qur'an pada dini hari ketika anak-anak masih tidur, di bulan Ramadhan ini saya merutinkan bertilawah setelah selesai sholat. Tujuannya agar anak-anak melihat bahwa bulan Ramadhan adalah waktunya untuk memperbanyak amalan ibadah lebih daripada biasanya. Selain itu ibadah lain bagi anak juga banyak saya tambahkan, termasuk mengajar anak membaca iqro dan hafalan doa serta surat pendek setiap sore. Saya harap dengan pembiasaan yang saya lakukan, anak pertama saya terbiasa dengan rutinitas berbeda yang dilakukan di bulan Ramadhan. Sehingga di tahun-tahun mendatang dia bisa terbiasa menjalani aktivitas ibadah di bulan Ramadhan. 


Penutup


Setiap anak tentu memiliki kesiapan yang berbeda-beda, tapi anak-anak memang perlu dikenalkan sedini mungkin dengan Ramadhan. Dikenalkan bukan berarti langsung diajari puasa penuh ya, tapi dikenalkan secara bertahap, bisa seperti yang saya lakukan selama beberapa tahun terakhir pada anak pertama saya. Perlu diingat bahwa anak-anak ini masih belajar sehingga jangan sampai dipaksa. Karena jika ada pemaksaan, biasanya anak-anak malah akan lebih sulit menjalaninya. Contoh dari orang tua dan lingkungan sekitar tentu berperan sangat besar dalam kesuksesan anak beribadah di bulan Ramadhan. Bagaimana mungkin anak mau melakukan ibadah jika orang tuanya sendiri tidak melakukan juga, kan? 


Dalam belajar, anak-anak juga membutuhkan dukungan dari seluruh anggota keluarga, termasuk adiknya jika ada. Godaan puasa terbesar anak-anak biasanya datang dari adiknya yang belum berpuasa. Tugas kita sebagai orang tua untuk terus memberikan lingkungan yang nyaman serta dukungan bagi anak yang berpuasa. Tidak ada salahnya juga memberikan reward untuk menambah semangat anak. Jika anak-anak dibiasakan berpuasa serta ibadah Ramadhan lainnya sejak dini, InsyaAllah saat semakin dewasa dan sudah wajib berpuasa, tidak ada lagi kesulitan dalam menjalaninya. Anak-anak yang solih tentu merupakan impian semua orang tua, sehingga InsyaAllah seluruh anggota keluarga bisa berkumpul di surga-Nya. Aamiin.. 

Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah