Sudah lama rasanya tidak menulis untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog. Di awal tahun 2025 ini, MGN kembali memberi tantangan dengan tema baru, yaitu rutinitas. Saya ingin sedikit bercerita tentang rutinitas saya mengobrol dengan anak-anak dan suami di tengah kesibukan kami masing-masing.
Sejak menjadi ibu, atau lebih tepatnya menjadi ibu rumah tangga, kegiatan saya sehari-hari biasanya hanya berkeliling dari satu ruang ke ruang lain di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Meskipun begitu saya tetap harus memberikan cukup waktu untuk 4 anak saya. Semua harus mendapat waktu khusus untuk bonding dengan saya, bundanya. Membagi waktu antara urusan rumah tangga dengan pembagian waktu untuk masing-masing anak sungguh tricky. Belum lagi ada suami yang juga harus diberi waktu khusus untuk bonding.
Kadang sulit untuk menemukan waktu yang tepat untuk bonding, karena masing-masing punya kegiatan yang berbeda-beda. Saya sehari-hari sibuk dengan urusan rumah tangga. Suami sibuk dengan urusan kantor dan usahanya. Anak pertama dan kedua sibuk dengan sekolah dan mengaji. Anak ketiga dan keempat yang belum sekolah sibuk dengan fantasinya menjadikan rumah sebagai playground.
Di tengah kesibukan masing-masing itu, saya harus bisa menjadikan waktu yang ada sebagai quality time bagi masing-masing anak dan juga suami. Ada beberapa rutinitas yang biasa saya lakukan sebagai bentuk bonding saya dengan anak-anak juga suami, sehingga masing-masing bisa punya quality time dengan saya.
Rutinitas Antar Jemput Anak Sekolah
Bagi anak pertama dan kedua, sekolah dan mengaji menjadi 2 kegiatan yang paling menyita waktu mereka. Sekolah dari pagi hingga siang, lalu sorenya lanjut mengaji hingga magrib. Maka waktu yang mereka punya dengan saya memang jadi tidak terlalu banyak.
Karena itulah, saya menjadikan rutinitas antar jemput anak sebagai waktu bonding dengan anak-anak. Walaupun jarak sekolah tidak terlalu jauh dari rumah, tapi waktu belasan menit atau kadang bisa sampai hampir setengah jam jika terjebak antrean kendaraan di sekolah itu sangat bisa digunakan untuk mengobrol.
Saya menceritakan kejadian di rumah selama mereka pergi sekolah, atau sebaliknya mereka menceritakan kejadian menarik di sekolah. Saya jadi bisa tahu siapa teman-teman mereka, hal menarik apa yang terjadi setiap harinya, atau apa yang mereka pelajari selama di sekolah. Sebaliknya mereka juga bisa tahu keseruan yang terjadi di rumah antara saya dengan adik-adiknya selama mereka di sekolah.
Walau tidak jarang obrolan diselingi ribut antar kakak adik karena rebutan ingin bicara, tapi saya menganggap keributan antar anak-anak juga bisa menambah kedekatan antara mereka. Saya juga jadi bisa menyelipkan nasihat-nasihat di sela-sela obrolan itu. Jadi nasihat pun bentuknya bisa tetap santai.
Rutinitas Keliling Komplek
Bila ngobrol dengan 2 anak yang besar dilakukan di mobil dalam perjalanan pulang dari sekolah, waktu ngobrol dengan 2 anak lainnya lebih bebas saya lakukan. Keduanya memang masih terus bersama saya 24 jam sehari karena mereka belum berkegiatan di luar rumah. Namun kalau di dalam rumah saya sering sibuk dengan urusan rumah tangga, sehingga saya sering menyempatkan waktu khusus untuk bonding dengan mereka, yaitu sambil jalan-jalan keliling komplek.
Jalan keliling komplek kadang kami lakukan pagi hari setelah mereka mandi dan sarapan, atau sore hari saat kakak-kakaknya pergi mengaji ke masjid. Sambil berjalan kami bisa mengobrol hal-hal random, memperhatikan lingkungan sekitar, sampai bersosialisasi dengan teman sebayanya di taman bermain. Saya juga bisa sambil mengajarkan banyak hal mulai dari sains sampai adab dan etika.
Memperhatikan kelakuan 2 anak yang kecil ini kadang jadi hiburan tersendiri untuk saya. Karena kepolosan mereka, kadang mereka suka mengeluarkan celetukan random atau kelakuan ajaib yang bisa membuat saya terbahak. Meski kadang ada juga kelakuan mereka yang malah membuat saya geleng-geleng kepala sih, tapi kerandoman mereka itulah yang menarik dan membuat hari-hari saya makin berwarna.
Rutinitas Ngobrol di Dapur
Suami saya itu cukup sibuk bukan hanya untuk pekerjaan di kantornya. Ada juga usaha yang harus diurusnya di luar jam kantor, juga ada tanggung jawab lainnya juga sebagai pengurus masjid. Jadi memang waktu untuk di rumahnya tidak terlalu banyak. Sementara saya sejak ada bayi keempat juga sulit untuk bisa terjaga di malam hari karena hampir selalu ikut tertidur ketika menidurkan bayi dengan menyusui. Karena itu pillow talk jadi jarang sekali kami lakukan karena saya tertidur duluan sementara suami belum pulang.
Kadang saya suka merasa bersalah sih sering tertidur lebih dulu sambil menyusui, jadi jarang sekali ada waktu pillow talk bersama suami. Tapi sungguh, rasa kantuk yang disebabkan hormon oksitosin yang dilepas saat menyusui itu tidak bisa saya tahan. Jangankan untuk ngobrol dengan suami, saya bisa lho tertidur sambil membacakan buku untuk anak ketiga. Sambil kami tiduran di kasur dan saya menyusui, saya bisa tertidur di tengah cerita yang sedang saya bacakan. Sampai anak ketiga saya mencolek saya dan bilang, āgimana ceritanya, bun? Jangan tidur dulu, bacain aku buku dulu.ā Hahaha..
Makanya sekarang malah saya dan suami seringnya mengobrol di dapur sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kami mengobrol sambil saya mencuci baju dan suami mencuci piring. Di rumah saya memang posisi dapur dan area cuci baju bersebelahan. Atau kadang suami berdiri saja di pintu dapur sambil saya memasak. Bisa pagi hari sebelum suami berangkat kerja, atau menjelang malam saat suami baru pulang dari kantor sebelum pergi lagi untuk urusan lain.
Penutup
Urusan rumah tangga yang tidak ada habisnya ini kadang memang membuat saya sulit meluangkan waktu untuk suami dan anak-anak. Rasanya ada saja yang harus dikerjakan. Mereka semua pun punya kesibukannya masing-masing. Karena itulah ada rutinitas yang di dalamnya saya selipkan aktivitas mengobrol dan bonding bersama anak-anak dan suami. Mungkin tidak terlalu banyak, tapi buat saya lebih penting kualitas daripada kuantitas.
Sesekali tentu kami meluangkan waktu untuk family time dengan pergi sekeluarga tanpa banyak diganggu gadget sehingga bisa mengobrol banyak. Namun rutinitas harian seperti yang saya tulis di atas saya rasa lebih penting. Karena walau sedikit waktu yang diluangkan, tapi jika dilakukan rutin pasti akan bisa jadi waktu yang berkualitas untuk kami saling mendekatkan diri satu sama lain.
MasyaAllah, seneng banget dengan anak-anaknya. Pasti repot banget dengan 4 anaknya. Saya dulu juga begitu dengan 3 anak saya. Alhamdulillah, mereka sekarang sudah oada lulus kuliah.
BalasHapusLha kok anonim. Ini Sari . Blog saya di https://sariinspirasi.wordpress.com/
HapusSalut juga Nes, dengan 4 anak masih bisa punya rutinitas yang sehat dan menyenangkan.
BalasHapus