Langsung ke konten utama

Kiana Arunika Putri

15 Maret 2021, hari di mana akhirnya bunda ketemu sama gadis mungil yang selama 9 bulan ada di dalam perutnya bunda. 

Kiana Arunika Putri

Setelah 2 kali melahirkan anak laki-laki, sejak tahu hamil yang ketiga ini memang sudah mengharapkan bahwa kali ini bayi di perut akan berjenis kelamin perempuan. Ga cuma aku yang berharap, tapi juga ayahnya, eyang-eyangnya, juga mas-masnya. Makanya ketika di usia kandungan 5 bulan kelihatan jenis kelaminnya (InsyaAllah) perempuan, semua senang sekali. Dan sepanjang kontrol kandungan pun dokter selalu mengatakan bahwa jenis kelamin yang terlihat saat USG adalah perempuan. 

Kehamilan kali ini jika dibandingkan 2 kehamilan sebelumnya bisa dibilang yang paling "ripuh". Keluhannya jauh lebih banyak dan dimulai sejak trimester kedua. Kalau di kehamilan pertama nyeri-nyeri di berbagai bagian badan dirasain pas bulan terakhir kehamilan, dan di kehamilan kedua dirasain sejak usia kandungan 8 bulanan, nah hamil yang ketiga ini badan rasanya remuk mulai di bulan ke-5. Yess,, ripuhnya lamaaa.. Hahahaa.. Tapi yaaa dinikmati saja sebagai bagian yang harus dijalani dari menjadi seorang ibu bukan? 😊

Dan ini juga kehamilan yang sangat spesial karena terjadi di masa pandemi COVID-19. Kondisi yang sangat tidak ideal untuk hamil sih ya sebenarnya, tapi kehamilan ini kan rejeki dari Allah ya, direncanakan ataupun tidak tetap aja di dalam perut ada bayi, dan harus dijaga. Penuh kekhawatiran sih pastinya, mau keluar rumah ngeri, bahkan kontrol kandungan pun jadi ga sesering biasanya untuk meminimalisir bumil keluar rumah. Tapi ternyata walaupun aku sudah berusaha maksimal menjaga protokol kesehatan, ketika Allah sudah menetapkan qodar ya kita gak bisa berbuat apa-apa kan. Di usia kandungan 7 bulan, Allah memberi "bonus" kelas akselerasi supaya aku cepat naik kelas, yaitu aku terdiagnosa positif COVID-19. Stress ga positif covid pas hamil? Oh ya tentu saja, marisol, bagaimana mungkin ku tidak stres. Ini virus baru, belum banyak penelitian yang dilakukan, termasuk pengaruh virus tersebut pada janin di kandungan. Yang pertama kali jadi pikiran ketika aku nerima kabar positif adalah, gimana anak-anak dan gimana janin di perut aku? Tapi aku percaya Allah memberi ujian ini karena Allah paling tahu apa yang terbaik untuk aku, dan janin di perut aku. Dan alhamdulillah drama covid terlewati tanpa ada masalah dengan janin. 

Kehamilan ini jika dibandingkan 2 kehamilan sebelumnya juga adalah kehamilan paling lama. Karena si bayi akhirnya baru memutuskan untuk keluar saat usia kandungan 39w3d. Terasa paling lama juga karena di akhir-akhir masa kehamilan itu badan rasanya sudah gak enak banget, jadi memang pengen buru-buru dikeluarin. Segala usaha dilakuin supaya gelombang cinta alias kontraksi itu segera datang, mulai dari jalan kaki jauh, HSI, stimulasi puting, aneka gerakan yoga, sampai duduk muter-muter di gymball. Tapi pada akhirnya tetap si bayi yang menentukan kapan dia mau keluar.

Sebenarnya tanggal 1 Maret 2021, sepanjang siang aku mulai ngerasain kontraksi intens, jaraknya sekitar 5 menit sekali. Sampai sore kontraksi itu masih terus terasa, hanya saja gak bertambah dekat jarak antar kontraksinya, masih tetap di kisaran 5 menit sekali. Supaya gak repot kalau tiba-tiba tengah malam kontraksi menghebat lalu harus mindahin anak-anak ke rumah eyangnya, akhirnya malam itu juga kami ngungsi ke rumah eyang. Eeehhh ternyata, kontraksinya palsu gaeeesss, bunda ditipu lah.. Sampe di rumah eyang kontraksinya menghilang. Bahkan sampai 2 minggu setelahnya pun masih gak kerasa tuh kontraksi. Ada sih sesekali kontraksi, tapi gak intens dan gak nyeri banget, jadi ya hitungannya masih kontraksi palsu. Sempat berharap bareng aja lahirnya di tanggal lahir Mas Alka tanggal 6, tapi ternyata tanggal tersebut lewat begitu saja. 

Tibalah di tanggal 15 Maret. Pagi sampai siang terlewati tanpa ada kontraksi intens. Aku masih berusaha terus duduk muter-muter di gymball dan stimulasi puting juga supaya cepat ada kontraksi. Sorenya seperti biasa aku nemenin Alka ngaji online sambil rebahan di samping Alka. Tiba-tiba tanpa ada peringatan apapun, terasa seperti ada letusan kecil di dalam perut aku, dan sedetik kemudian terasa ada yang mengalir di jalan lahir. Seketika aku bangun dari kasur karena gak mau bikin kasur basah, dan saat berdiri langsung mengalirlah air dari jalan lahir tanpa bisa ditahan. Buru-buru aku jalan ke kamar mandi, dan selama di kamar mandi aliran airnya masih cukup deras. Baru di situ aku ngeh, oh sepertinya ini yang namanya pecah ketuban. Agak lambat yaaa mikirnya, haha.. Karena di 2 kehamilan sebelumnya gak pernah ada kejadian pecah ketuban di rumah, ketuban selalu baru pecah pas sudah proses persalinan, makanya agak shock juga ini tiba-tiba ada aliran sederas ini. Lalu ketika aliran air ketubannya mulai melambat, aku keluar kamar mandi dan lapor ke mama kalau sepertinya ketuban aku pecah. Mama langsung nyuruh adik aku untuk nelepon suami aku. Aku masih sempat naik ke atas ngambil baju untuk mandi, karena baju yang aku pakai basah banget kena air ketuban. Sambil nunggu suami pulang akupun masih bisa mandi cantik dulu. Selesai mandi, suami datang, kami pun langsung meluncur ke klinik.

Selama duduk di mobil gak kerasa ada aliran air, dan gak kerasa ada kontraksi juga. Tapi begitu sampai di klinik dan turun mobil, mengalir lagi air ketuban nya walau ga sederas pas di rumah. Begitu lapor di front office kami langsung disuruh ke lantai 2, lantai yang isinya ruang bersalin dan ruang rawat ibu pasca bersalin. Begitu masuk dan lapor ke bidannya kalau pecah ketuban, aku langsung disuruh rebahan untuk dicek pembukaan dan rekam jantung bayi. Ternyata saat itu pembukaannya masih di bukaan 2.

Hasil rekam jantung bayi kemudian dilaporkan ke dokter untuk ditentukan langkah selanjutnya. Arahan dari dokter karena tidak ada kontraksi sementara ketuban sudah pecah, jadi harus diinduksi. Diberi penjelasan panjang oleh perawatnya soal proses persalinan, dan akhirnya jam 7 malam tangan aku ditusuk infusan, dan ke dalam cairan infusnya disuntikkan obat induksi. Lalu akupun diminta ganti baju pakai baju bersalin dari klinik, dan pindah ke kamar rawat sambil nunggu gelombang cinta itu menyerang. Suami beliin makan malam dulu supaya aku ada tenaga untuk bersalin. Jam 8, gelombang cinta mulai datang, sambil aku cek pakai aplikasi hitung kontraksi, sudah langsung kontraksinya rutin per 3 menit sekali. 


Makin lama, kontraksi makin terasa menyakitkan tapi masih ketahan hanya dengan sedikit meremas bantal dan selimut. Lalu sekitar jam 10, kok sudah mulai terasa ada dorongan mau ngeden ya, walaupun masih bisa ketahan banget sih. Jadi akhirnya minta tolong suami untuk manggilin bidan supaya dicek lagi bukaannya. "Ini mah masih bukaan 3 bu, baru mau ke 4." Dalam hati aku mengaduh, "duuhh,, masih bukaan 3 mah masih lama doooong menuju bukaan 10. Kuat cha, kuat kuat kuaaaaatttt." Aku berusaha menguatkan diri sendiri. Karena asli sudah kerasa mulai mau ngeden, yang mana seingat aku dari 2 kali persalinan sebelumnya, ada dorongan pengen ngeden itu pas bukaannya sudah di sekitar bukaan 7, jd ga terlalu jauh menuju bukaan lengkap. Dan memang menurut aku "best part" dari seluruh proses persalinan bukanlah nahan sakit kontraksinya, tapi nahan supaya ga ngeden dulu sebelum bukaan lengkap walaupun udah pengeeeeennnn banget ngeden. Bidan pun ninggalin kamar lagi setelah sebelumnya bilang "nanti dicek bukaan lagi jam 12 ya bu."

Karena menurut aku (berdasarkan pengalaman sebelumnya) dari bukaan 3 ke 10 itu jauuuuhhh dan lamaaaaa,, makanya aku mulai ketakutan aku gak bisa nahan rasa sakitnya. Tapi jadinya begitu ditinggal sama bidannya setelah cek bukaan itu, aku gak berhenti komat kamit berdoa "Allohumma sabiila yassaroh. Ya Allah semoga bukannya cepeeett nambahnya. Semoga aku kuaaattt nahan sakitnya." 3 kalimat itu terus menerus aku ulang selama gelombang cinta itu menyerang dengan kekuatan yang makin lama makin hebat. Sampai akhirnya, sekitar jam 11, atau jarak satu jam dari cek bukaan sebelumnya, aku semakin kesulitan nahan dorongan pengen ngeden. Sampai ngeremes bantal dan selimut udah gak cukup lagi, aku narik tangan suami dan ngeremes tangannya kuat-kuat tiap kali ada dorongan pengen ngeden. Suami melihat aku semakin kesulitan lalu manggil bidan lagi. Bidannya datang sambil bilang dengan santai "kenapa bu?" Pengen rasanya jawab "menurut andaaaaa?" Hahahaa.. Tapi gak kok, yang keluar bukan itu, aku akhirnya jawab "ini udah pengen ngeden bangeeeettt." Lalu bidannya bilang "bu harusnya gak boleh sering-sering periksa dalamnya, gak bagus juga kalau terlalu sering. Tapi gakpapa sekarang saya periksa ya bu." Lalu pas diperiksa dalam, bidannya terlihat cukup kaget, "eh ini mah udah bukaan 8 bu, cepat ya nambahnya. Yaudah pindah ke ruang bersalin aja yuk bu sekarang."

Aku langsung berseru dalam hati ALHAMDULILLAH ROBBIL AALAMIIN.. Doa aku terkabul karena benar-benar ternyata nambah bukannya cepat sekali. Tertatih-tatih aku jalan menuju ruang bersalin sambil nahan serangan kontraksi. Di ruang bersalin aku cuma bisa berbaring miring sambil ga ngelepasin tangan suami karena semenit sekali aku butuh tangan itu untuk aku remas kencang-kencang. Dua bidan yang bertugas mulai sibuk menyiapkan segala kebutuhan persalinan sambil nunggu dokter datang. Aku masih berusaha sekuat tenaga menahan keinginan mau ngeden. Setiap muncul keinginan mau ngeden, aku melengkungkan punggung aku sambil meremas tangan suami sekeras mungkin, berusaha mengalihkan kekuatan bukan ke vagina tapi ke tangan dan punggung. Dibantu juga sama bidan untuk atur napas supaya ga kelepasan ngeden. Alhamdulillah nya kali ini aku gak banyak teriak-teriak seperti pas persalinan Dinand dulu. Sekarang hanya rintihan-rintihan saja yang keluar dari mulut, walau kadang ya rintihannya agak kelepasan juga terlalu kencang. Tapi ya gak sampai jerit-jeritlah. Hehe.. 

Sampai akhirnya dokter Lina pun datang dengan mengucap "Assalamu'alaikum", dan langsung bergerak cepat meriksa bukaan. Beberapa menit kemudian dokter bilang bukaan sudah lengkap dan aku boleh ngeden. Saking bersyukurnya sudah boleh ngeden aku sampai memastikan lagi "beneran nih dok udah boleh ngeden?" "Mangga bu kalau sudah kerasa mah. Tapi ibu ikutin arahan saya ya, kalau saya bilang ambil napas ibu berhenti ngeden dan tarik napas ya bu." Beberapa detik setelah dokter bicara gitu langsung berasa dorongan untuk ngeden. Aku lalu ngeden panjang 10 hitungan seperti yang pernah diajari oleh bidan saat yoga, juga seperti yang sudah pernah aku lakukan di dua persalinan sebelumnya. Eh ternyata belum panjang-panjang amat ngedennya, baru sekitar 3 hitungan, dokter menyuruh tarik napas. Agak sulit juga ternyata tarik napas saat lagi ngeden, tapi dokternya terus bilang "jangan ngeden bu, tarik napas dulu." Akupun tarik napas, dan habis itu bukannya disuruh ngeden lagi malah disuruh batuk. Sempet agak bingung sesaat tapi dokternya ngulang lagi "coba batukin bu, batuk biasa aja uhuk gitu." Aku ikutin uhuk 3-4 kali, eh tiba-tiba dokter dan bidan-bidannya kompak bilang "alhamdulillaaahh..." Waw, sudah keluar doooong bayinya. Aku sempat agak bingung dulu, serius udah ini teh? Kok cepat banget.. Sampai tanpa sadar aku masih ngeden lagi dan dokternya lalu bilang "eh udah bu udah selesai ga usah ngeden lagi." Baru aku sadar oh beneran udah ya, dan aku lihat di bawah sana memang bayinya udah ada dan lagi diurus tali pusatnya, baru aku sadar juga kalau bayinya ternyata udah nangis. Alhamdulillah ya Allah,, selesai sudah proses persalinannya. Eh belum sih, masih harus dijahit. Tapi at least udah ga ada lagi kontraksi super menyakitkan dan nahan-nahan ngeden. Alhamdulillaaaaaahhhh 🤲🤲

Jam 23.40 tanggal 15 Maret 2021, lahirlah Kiana Arunika Putri dengan berat 3 kg dan panjang 48 cm. Sehat, alhamdulillah. Selesai ngeden aku cuma terbaring diam aja menikmati hilangnya serangan rasa sakit, sambil dokter dan bidan masih bekerja, ngeluarin plasenta, ngejahit, juga ngurus bayinya. Gak lama setelah itu dokter selesai melaksanakan tugasnya, dan bayi juga siap untuk di IMD. Duh, setelah serangan kontraksi, lalu merasakan hangatnya badan bayi di atas dada aku itu rasanya kaya dunia damaaaaiiii banget. Menenangkan sekali bisa meluk badan mungilnya, juga merasakan tangan dan kakinya bergerak-gerak. Alhamdulillah, 3 kali merasakan ini, rasanya masih amazing, "waw, bayi yang tadinya ada di perut aku bisa bertumbuh begini dan sekarang bisa aku peluk, MasyaAllah.."

Setelah satu jam IMD, waktunya aku istirahat di kamar rawat. Begitu disuruh berdiri sama bidannya, baru deh berasa betapa remuknya badan aku. Terutama bagian pinggang dan punggung yang kayanya paling terkena dampak pas sebelumnya aku berusaha sekuat tenaga nahan supaya ga ngeden sebelum bukaan lengkap. Jadinya walaupun badan rasanya super lelah dan mata super ngantuk, tapi sisa malam itu ga bisa aku gunakan untuk tidur. Baru ketiduran 5 menit aku malah kebangun karena badan gak enak dan susah untuk tidur lagi, begitu aja terus diulang. Sampai akhirnya aku baru bisa tidur agak pulas setelah subuh.

Tapi alhamdulillah kondisi badan aku berangsur membaik, stamina aku berangsur pulih tanpa ada masalah berarti. Dan setelah 2 malam di klinik akupun pulang bareng Kiana dan bersiap untuk menjalani drama-drama selanjutnya dalam mengurus bayi. Semangat, bun! 💪😁

Komentar

Popular Posts

Garuda di Dada Timnas -> Salah??

Ada yang mempermasalahkan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas Indonesia. Padahal, timnas Indonesia sendiri lagi berjuang mengharumkan nama Indonesia di ajang Piala AFF 2010.  Ini 100% pendapat pribadi aja yah.. Apa sih yang salah dengan penggunaan lambang Garuda di kaos timnas? Bukannya dengan adanya lambang Garuda di dada itu berarti mereka yang ada di timnas bangga jadi Indonesia dan bangga bisa berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia? Bukannya dengan membawa lambang Garuda di dada itu berarti mereka akan makin semangat untuk main di lapangan hijau karna membawa nama besar Indonesia? Dan itu berarti Bang BePe dan kawan2 itu akan berusaha lebih keras untuk membuat semua warga Indonesia bangga? Pernah liat timnas maen di lapangan hijau? Pernah liat mereka rangkulan sambil nyanyiin lagi wajib INDONESIA RAYA? Pernah merhatiin ga kalo mereka sering mencium lambang Garuda yang ada di dada mereka setiap abis nyanyiin lagu INDONESIA RAYA? Pernah juga ga merha

Makanan Favorit di Setiap Masa "Ngidam"

Setelah bulan lalu saya gagal setoran karena kesulitan mencari waktu untuk menulis di sela-sela perubahan ritme kehidupan selama ramadan, bulan ini saya tidak mau lagi gagal setoran tulisan. Kebetulan tema tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini adalah tentang makanan favorit.  Sebenarnya kalau ditanya apa makanan favorit saya, jujur bingung sih jawabnya. Karena saya bisa dibilang pemakan segala. Buat saya makanan hanya ada yang enak atau enak banget. Hehe… Jadi kalau disuruh memilih 1 makanan yang paling favorit sepanjang masa, ya susah. Makanya ketika beberapa minggu belakangan ini saya sering terbayang-bayang satu jenis makanan, saya jadi terinspirasi untuk menjadikan ini sebagai tulisan untuk setoran tantangan bulan ini. Iya, saya memang sedang sering ngidam. Ngidam kurang lebih bisa diartikan keinginan dari seorang ibu hamil terhadap sesuatu, umumnya keinginan terhadap makanan. Ngidamnya setiap ibu hamil juga beda-beda, ada yang ngidamnya jarang tapi ada juga yang sering

Mama sang Wonder Woman

Mama adalah segalanya.. Mama adalah Wonder Woman terhebat yang pernah ada di dunia ini.. :) Di keluargaku, dan sepertinya juga hampir sebagian besar keluarga, mama merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam urusan rumah. Segala urusan rumah dari mulai cuci baju, cuci piring, bersih-bersih rumah, masak, dan sebagainya itu semuanya mama yang urus.. Anggota keluarga yang lain seperti suami dan anak-anaknya mungkin juga ikut membantu, kadang bantu mencuci, bersih-bersih, ato urusan rumah lainnya. Tapi tetap saja kalau dihitung-hitung, pasti porsinya jauh sama yang biasa dikerjakan mama. Belakangan ini aku lebih sering ada di rumah. Dan dengan semakin seringnya ada di rumah, semakin aku mengerti sibuknya mama di rumah mengurus segala sesuatunya sendiri. Sebagai seorang anak, pastinya sudah jadi kewajiban aku untuk bantu mama dalam mengurus rumah yang juga aku tinggali. Dengan aku sering ikut membantu mama melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, aku jadi tahu bah