Rejeki termasuk satu hal yang seringkali menjadi rahasia Allah. Manusia bisa berusaha, tapi seberapa banyak rejeki yang akan diterima, itu sepenuhnya hak Allah untuk memberi. Kadang ada kan yang namanya rejeki "durian runtuh", yaitu rejeki yang tidak disangka akan didapatkan. Tapi kadang ada juga kejadian di mana kita sudah berusaha tapi ternyata rejeki yang didapatkan tidak sesuai ekspektasi dan harapan kita.
Itulah kenapa, setelah berusaha kita harus selalu mempercayakan kehidupan kita kepada Allah. Ingat ya, setelah berusaha. Jangan sampai punya pikiran "ah kadang juga sudah berusaha malah nggak dapat rejeki, ya sudah aja nggak usah berusaha sekalian, nanti juga pasti Allah kasih kalau memang sudah ada bagiannya." Nggak gitu yaa.. Usaha tetap harus ada sebelum kita pasrahkan urusan kita pada Allah. Karena Allah juga pasti menilai dan menghargai usaha kita. Kalaupun kita tidak dapat rejeki yang banyak di dunia, jika kita sudah berusaha maksimal dengan niat karena Allah dan kemudian bertawakal, di akhirat nanti insyaAllah kita punya tabungan pahala. Yakin saja sama Allah..
Lalu kadang, hitungan kita itu nggak sama dengan hitungan Allah. Kita bisa saja hitung-hitungan, dengan gaji sekian bisa atau tidak untuk mencukupi kebutuhan harian yang jumlahnya sekian. Tapi kadang pada kenyataannya tidak sama dengan hitungan yang sudah dibuat. Bisa jadi ada rejeki tidak terduga yang datang dari arah yang tidak disangka, atau sebaliknya justru ada pengeluaran tidak terduga yang harus dikeluarkan tiba-tiba. Semua itu terjadi atas kehendak Allah kan. Maka dari itu, kita tetap harus mengembalikan semuanya pada Allah pasrah dan tawakal. Walaupun ya hitung-hitungan tetap perlu sih, karena kita kan tetap harus realistis.
Jangan lupa, percayalah juga pada kekuatan shodaqoh. Jangan sampai karena kita sudah berhitung dan merasa rejeki yang dimiliki pas-pasan, kita jadi tidak mau mengeluarkan rejeki kita untuk shodaqoh. Padahal di dalam rejeki yang kita miliki tidak semuanya milik kita lho. Ada juga hak orang lain di sana. Kalau sampai kita tidak memberikan hak orang lain tersebut, bisa jadi kita yang kena dosanya. Jangan takut, karena sudah janjinya Allah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗ وَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
QS. Al-Baqarah[2]:245
Saya sendiri pernah merasakan janji Allah ini. Yang terbaru malah baru minggu lalu, lebih tepatnya suami yang merasakan, tapi kan berdampak juga ke kehidupan saya. Ceritanya pengurus masjid membagikan form pembelaan untuk shodaqoh pembelian karpet baru masjid. Suami lalu bersedia ikut shodaqoh pembelian karpet baru tersebut. Nilainya tidak perlu disebutkan lah ya. Shodaqoh dilakukan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan pahala saja dari Allah SWT.
Tiba-tiba, selang seminggu sejak suami menyerahkan uang shodaqoh, saya menerima telepon dari seorang pelanggan gerai minuman tebu kami. Dan ternyata, pelanggan tersebut berniat memesan minuman tebu sebanyak 100 cup untuk acara pengajian grupnya. Pesanan 100 cup untuk kami yang belum lama memulai usaha minuman tebu sungguh mengejutkan, karena gerai kami biasanya hanya bisa menjual sekitar 30 cup dalam sehari. Dan nominal yang kami dapatkan dari pesanan tersebut lebih besar dari jumlah shodaqoh suami untuk pembelian karpet baru. Artinya, janji Allah SWT sungguh nyata bahwa jika kita memberi "pinjaman" untuk Allah, maka Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda. MasyaAllah..
Makanya, urusan rejeki itu jangan terlalu takut. Realistis boleh, hitung-hitungan juga boleh, tapi jangan pernah lupa kalau masalah rejeki sepenuhnya hak Allah untuk menentukan. Usaha wajib, doa juga harus, tapi yang lebih penting adalah tawakal, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT saja. Jangan pernah takut untuk mengeluarkan harta yang kita miliki untuk sabilillah, untuk jalan Allah. Jangan takut miskin karena bershodaqoh, karena Allah sudah menjanjikan bahwa shodaqoh sama sekali tidak mengurangi harta kita, malah tabungan pahala kita yang akan terus bertambah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim) [No. 2588 Syarh Shahih Muslim] Shahih
Oiya jangan lupa, rejeki itu tidak hanya berupa uang ya. Mungkin saja saat kita sedang tidak mendapat banyak uang kita lupa dan bilang bahwa Allah tidak memberi rejeki. Padahal, bisa saja Allah memberi kita rejeki melalui bentuk lain. Misalnya, uang memang tidak banyak didapat tapi kita dan keluarga selalu sehat. Itu juga kan rejeki. Coba bayangkan kalau kita atau anggota keluarga kita sakit-sakitan. Walaupun punya uang, tapi uang itu tetap akan habis untuk biaya pengobatan. Atau contoh lainnya, mungkin uang tidak banyak didapatkan tapi kita punya anak yang sholeh dan mandiri, itu juga bentuk rejeki. Bayangkan kalau kita punya uang banyak tapi diberi anak yang nakal dan bisanya hanya meminta uang dan dihabiskan untuk hal yang tidak baik. Jadinya tidak barokah juga uang yang kita miliki.
Jadi selalu ingatlah, perdagangan terbaik adalah perdagangan kita dengan Allah SWT. Karena tidak hanya akan berpengaruh pada kehidupan kita di dunia, tapi juga akan menentukan nasib kita di akhirat nanti.
Komentar
Posting Komentar